
Belum Mau Beli UNVR, Ini saham Mahal-Murah ala Lo Kheng Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor saham ritel paling kondang di Bursa Efek Indonesia (BEI) Lo Kheng Hong yang terkenal dengan strategi value investing atau berinvestasi secara nilai ini mengakui masih sulit menemukan perusahaan bagus (wonderful company) dengan harga tepat (fair price) di pasar saham dalam negeri.
Faktanya, menurut temuannya, justru lebih banyak di BEI itu fair company dengan wonderful price atau perusahaan bagus dengan harga yang 'mahal'.
Dia mencontohkan salah satu emiten konsumer, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang dianggap sebagai wonderful company namun memiliki harga saham yang dinilai mahal, overvalued.
"Ada wonderful company seperti Unilever, itu wonderful company tapi valuasinya sangat mahal. In term of price to book, in term of price to earning mahal sekali. Jadi saya belum berani membelinya," kata Lo Kheng Hong dalam keterangannya, dikutip Rabu (21/7).
Dua rasio yang dimaksud Lo ialah PBV (price to book value) dan PER (price to earning ratio). Sebagai gambaran, PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara rule of thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.
Sedangkan PER juga merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.
Adapun data BEI mencatat PBV Unilever 29,51 kali dengan PER 28,50 kali.
Sebaliknya, Lo lebih tertarik membeli saham-saham perbankan besar yang dinilai masih murah dan memiliki kinerjanya yang baik.
"Jadi sampai saat ini memang belum bertemu dengan wonderful company yang valuasinya murah," imbuhnya.
Dia mengungkapkan bank-bank dengan aset besar namun diperdagangkan dengan PBV 0,5 kali. Saham seperti ini dinilai lebih menarik ketimbang dengan perusahaan yang besar namun harganya mahal.
Sebagai informasi, investor kelahiran 1959 ini disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia dan dikenal sebagai salah satu investor paling sukses di pasar modal Tanah Air.
Dia memegang lima emiten dengan porsi di atas 5% yakni saham emiten pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), kontraktor batu bara PT Petrosea Tbk (PTRO), emiten logistik dan pelayaran PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS), emiten media PT Global Mediacom Tbk (BMTR), dan emiten multifinance PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN).
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perkuat Fundamental UNVR, Ira Noviarti Didaulat Posisi Baru
