IHSG Berpotensi Hijau, Cek 8 Kabar Penting Sebelum Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 July 2021 08:47
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

5. Ardi Bakrie-Nia Tersangka Narkoba, Ini Respons Induk TvOne

Manajemen emiten media Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akhirnya angkat bicara mengenai kasus hukum yang saat ini menjerat Wakil Presiden Direktur VIVA, Anindra Ardiansyah Bakrie, dan sang istri Nia Ramadhani.

Kasus yang dimaksud ialah penetapan Anindra atau yang biasa disapa Ardi Bakrie dan Nia (belakangan termasuk sopir Ardi) menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba.

"Menanggapi pemberitaan tersebut, perseroan menjunjung tinggi proses hukum yang sedang berjalan, serta mempercayakan sepenuhnya proses hukum tersebut kepada pihak berwenang," tulis manajemen perusahaan, diwakili Sekretaris Perusahaan VIVA Neil R. Tobing dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (15/7/2021).

6. Private Placement, MPPA Grup Lippo Bisa Kantongi Rp 671 M

Emiten ritel pengelola supermarket Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) berencana untuk melakukan Penambahan Modal tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD/private placement).

Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 752,91 juta saham atau 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor. Kendati harga pelaksanaan per saham belum disebutkan.

Berdasarkan pengumuman yang disampaikan anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk memperkuat modal kerja perusahaan untuk mendukung pengembangan bisnis, baik secara online dan offline.

Perusahaan mengasumsikan harga pelaksanaan private placement ini sesuai dengan penghitungan yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2021 yaitu sekurang-kurangnya sebesar Rp 891 per saham.

Dengan penghitungan 90% dari rata-rata harga penutupan perdagangan saham sejak 28 April 2021 sampai 8 Juni 2021. Dengan asumsi tersebut, diperkirakan perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 670,84 miliar.

7. Resmikan Subholding KSI, Ini Pesan Erick Buat Krakatau Steel

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan adanya subholding baru di PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) diharapkan bisa memanfaatkan peluang dengan mempersiapkan fasilitas terintegrasi dan berstandar internasional untuk menarik investasi masuk ke Indonesia.

Subholding yang dimaksud adalah PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Sebelumnya perusahaan ini bernama PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), tapi setelah dijadikan subholding, KSI kini membawahi PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

"Saya mendukung pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur sebagai bagian transformasi Krakatau Steel untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Contohnya seperti potensi pabrik Hot Strip Mill #2 Krakatau Steel yang memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun dan juga unit bisnis lainnya," kata Erick dalam siaran persnya, dikutip Kamis (15/7/2021).

8. OJK Sebut 3 Unicorn & Decacorn Siap IPO, Valuasi Rp 312 T

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat ini ada tiga perusahaan rintisan (startup) bervaluasi unicorn atau di atas US$ 1 miliar (Rp 14,4 triliun) dan decacorn atau lebih dari US$ 10 miliar (Rp 145 triliun) yang siap melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen menyebut, total valuasi aset dari tiga perusahaan rintisan tersebut di atas US$ 21,5 miliar atau sekitar Rp 311,75 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Meski demikian, OJK tidak merinci nama-nama perusahaan startup yang dimaksud.

"Dengan masuknya unicorn berpotensi mendorong market cap [kapitalisasi pasar] saham di BEI, menarik investor asing dan diprediksi menggairahkan perdagangan bursa dalam negeri," kata Hoesen, di acara Investor Daily Summit 2021 bertajuk Menanti IPO Perusahaan Big Tech, Kamis (15/7/2021).

Hoesen menilai, saat ini perusahaan teknologi perlahan sudah mulai menghiasi emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar (big caps) di BEI.

"Saat ini jumlah market cap seluruh emiten teknologi masih 5% dari seluruh emiten di BEI. Tidak menutup kemungkinan, emiten di sektor teknologi akan menjadi top leading di pasar modal Indonesia," ujarnya.

(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular