IHSG Berpotensi Hijau, Cek 8 Kabar Penting Sebelum Cari Cuan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 July 2021 08:47
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kekhawatiran pelaku pasar mengenai angka kasus positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 56 ribu kasus sehari, bursa saham domestik tetap mampu berakhir di zona hijau pada perdagangan Kamis (15/7/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 1,13% ke level 6.046,75 poin dengan nilai transaksi Rp 9,37 triliun. Pelaku pasar asing mencatatkan pembelian bersih senilai Rp 555,34 miliar.

Untuk hari ini, IHSG diperkirakan masih akan menguat. Namun sebelum bertransaksi saham, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Jumat (16/7/2021):

1. Ekspansi Tambang, BRMS Bakal Raih Rp 1,5 T di Rights Issue

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue untuk proyek penambangan di Gorontalo. Meski belum ditentukan harga pelaksanaannya, dana hasil rights issue yang bisa diperoleh perusahaan sekitar US$ 106 juta atau sekitar Rp 1,54 triliun (kurs Rp 14.500).

Direktur dan Investor Relation BRMS Herwin W Hidayat mengatakan perkiraan jumlah hampir sama dengan rights issue yang dilakukan pada Maret 2020 untuk proyek penambangan di Palu, Sulawesi Tengah. Harga pelaksanaan menurutnya akan ditentukan setelah ada keputusan di RUPSLB Agustus mendatang.

"Memang belum kami finalisasi, tapi kisarannya tidak jauh berbeda dengan dana hasil rights issue pertama. Ini akan ditentukan setelah dapat persetujuan agenda rights issue di RUPSLB 6 Agustus nanti. Kemudian kami akan finalisasi harga dan juga final jumlah dari rights issue tersebut," kata Herwin, Kamis (15/7/2021).

2. Baru Listing, Emiten Pemilik Blok BCL Mau Incar Tambang Nikel

Emiten pertambangan nikel, PT PAM Mineral Tbk (NICL) berencana mengakuisisi perusahaan tambang baru. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan cadangan nikel perseroan.

Rencana ini termasuk dalam jangka menengah dan panjang perseroan. Namun, perseroan belum menetapkan lebih rinci mengenai target harga maupun lokasi tambang baru yang akan diakuisisi tersebut.

"Untuk jangka menengah dan jangka panjang perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan melalui akuisisi atau maupun mencari tambang baru," kata Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk, Ruddy Tjanaka, Kamis (15/7/2021).

3. Emiten Tekstil Pilih Masuk Bisnis APD-Masker

Kombinasi tekanan kinerja akibat pandemi Covid-19, kewajiban membayar utang dan strategi meraup cuan di bisnis lain membuat emiten-emiten tekstil dan produk tekstil (TPT) menambah bisnis baru ke bidang pembuatan Alat Pelindung Diri (APD), perlindungan medis, masker kain, dan lainnya.

Hal itu terungkap berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tiga emiten di pasar modal. Ketiga emiten tekstil tersebut yakni PT Pan Brothers Tbk (PBRX), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex, dan PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY).

Dalam pernyataan di keterbukaan BEI, Selasa (13/7), manajemen Pan Brothers (PBRX) menyatakan tekanan akibat pagebluk Covid-19 membuat perusahaan memutuskan untuk menambah lini bisnis dengan terjun dalam produksi dan ekspor APD, seperti hazmat dan gaun perlindungan medis, dan masker kain.

Sementara itu, manajemen Sritex sudah lebih dahulu dibanding PBRX untuk masuk ke lini bisnis baru dalam produksi pakaian APD dan masker kain. Hal ini juga dilakukan oleh Asia Pacific Fibers dengan melakukan diversifikasi usaha ke produksi APD dan masker sejak tahun lalu.

4. Pandu Sjahrir: Jika GoTo IPO, Market Cap Dekati BCA-BRI-TLKM

Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menantikan kehadiran sejumlah perusahaan teknologi unicorn (valuasi di atas Rp 14 triliun, atau US$ 1 miliar) untuk melantai di pasar modal domestik lewat skema penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Salah satu yang ditunggu pelaku pasar ialah rencana penawaran umum perdana saham GoTo, entitas hasil merger Gojek dengan Tokopedia. Adapun PT Bukalapak.com Tbk sudah lebih dahulu mengajukan IPO dengan target dana Rp 22 triliun dan target listing 6 Agustus mendatang.

Pandu mengatakan nilai kapitalisasi (market capitalization/market cap) pasar GoTo diperkirakan sebesar US$ 18 miliar atau setara Rp 261 triliun (kurs Rp 14.500/US$), J&T Express sebesar US$ 7,8 miliar atau Rp 113 triliun, Bukalapak US$ 6,05 miliar atau Rp 88 triliun dan Traveloka sebesar US$ 2,75 miliar atau Rp 40 triliun.

Bila IPO GoTo terealisasi, maka nilai kapitalisasi pasarnya akan menjadi terbesar keenam di BEI setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Astra International Tbk (ASII).

5. Ardi Bakrie-Nia Tersangka Narkoba, Ini Respons Induk TvOne

Manajemen emiten media Grup Bakrie, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akhirnya angkat bicara mengenai kasus hukum yang saat ini menjerat Wakil Presiden Direktur VIVA, Anindra Ardiansyah Bakrie, dan sang istri Nia Ramadhani.

Kasus yang dimaksud ialah penetapan Anindra atau yang biasa disapa Ardi Bakrie dan Nia (belakangan termasuk sopir Ardi) menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba.

"Menanggapi pemberitaan tersebut, perseroan menjunjung tinggi proses hukum yang sedang berjalan, serta mempercayakan sepenuhnya proses hukum tersebut kepada pihak berwenang," tulis manajemen perusahaan, diwakili Sekretaris Perusahaan VIVA Neil R. Tobing dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (15/7/2021).

6. Private Placement, MPPA Grup Lippo Bisa Kantongi Rp 671 M

Emiten ritel pengelola supermarket Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) berencana untuk melakukan Penambahan Modal tanpa memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD/private placement).

Jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 752,91 juta saham atau 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor. Kendati harga pelaksanaan per saham belum disebutkan.

Berdasarkan pengumuman yang disampaikan anak usaha PT Multipolar Tbk (MLPL) ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), dana hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk memperkuat modal kerja perusahaan untuk mendukung pengembangan bisnis, baik secara online dan offline.

Perusahaan mengasumsikan harga pelaksanaan private placement ini sesuai dengan penghitungan yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2021 yaitu sekurang-kurangnya sebesar Rp 891 per saham.

Dengan penghitungan 90% dari rata-rata harga penutupan perdagangan saham sejak 28 April 2021 sampai 8 Juni 2021. Dengan asumsi tersebut, diperkirakan perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 670,84 miliar.

7. Resmikan Subholding KSI, Ini Pesan Erick Buat Krakatau Steel

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan adanya subholding baru di PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) diharapkan bisa memanfaatkan peluang dengan mempersiapkan fasilitas terintegrasi dan berstandar internasional untuk menarik investasi masuk ke Indonesia.

Subholding yang dimaksud adalah PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Sebelumnya perusahaan ini bernama PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), tapi setelah dijadikan subholding, KSI kini membawahi PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

"Saya mendukung pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur sebagai bagian transformasi Krakatau Steel untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Contohnya seperti potensi pabrik Hot Strip Mill #2 Krakatau Steel yang memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun dan juga unit bisnis lainnya," kata Erick dalam siaran persnya, dikutip Kamis (15/7/2021).

8. OJK Sebut 3 Unicorn & Decacorn Siap IPO, Valuasi Rp 312 T

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat ini ada tiga perusahaan rintisan (startup) bervaluasi unicorn atau di atas US$ 1 miliar (Rp 14,4 triliun) dan decacorn atau lebih dari US$ 10 miliar (Rp 145 triliun) yang siap melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen menyebut, total valuasi aset dari tiga perusahaan rintisan tersebut di atas US$ 21,5 miliar atau sekitar Rp 311,75 triliun (kurs Rp 14.500/US$). Meski demikian, OJK tidak merinci nama-nama perusahaan startup yang dimaksud.

"Dengan masuknya unicorn berpotensi mendorong market cap [kapitalisasi pasar] saham di BEI, menarik investor asing dan diprediksi menggairahkan perdagangan bursa dalam negeri," kata Hoesen, di acara Investor Daily Summit 2021 bertajuk Menanti IPO Perusahaan Big Tech, Kamis (15/7/2021).

Hoesen menilai, saat ini perusahaan teknologi perlahan sudah mulai menghiasi emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar (big caps) di BEI.

"Saat ini jumlah market cap seluruh emiten teknologi masih 5% dari seluruh emiten di BEI. Tidak menutup kemungkinan, emiten di sektor teknologi akan menjadi top leading di pasar modal Indonesia," ujarnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular