Gegara Dihantui Perpanjangan PPKM Darurat, Rupiah Menyerah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 July 2021 15:37
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (15/7/2021).

Meski demikian, kabar baiknya Mata Uang Garuda masih mampu bertahan di bawah Rp 14.500/US$. Rupiah bahkan bisa saja menguat seandainya tidak tertekan akibat kemungkinan diperpanjangnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat. 

Melansir data Refinitiv, rupiah sebenarnya membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.460/US$, sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hari ini. Rupiah setelahnya masuk ke zona merah, melemah hingga 0,24% ke Rp 14.510/US$.

Rupiah berhasil memangkas pelemahan, mengakhiri perdagangan di Rp 14.480/US$ atau melemah 0,03% di pasar spot, melansir data Refintiv.

Jika rupiah melemah tipis, beberapa mata uang utama Asia lainnya justru mampu menguat melawan dolar AS. Hingga pukul 15:03 WIB, dolar Taiwan menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,31%, disusul won Korea Selatan, dan yuan China.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

idrFoto: Datawrapper

Beberapa mata uang Asia mampu menguat melawan dolar AS menunjukkan jika the greenback kembali tertekan, khususnya setelah ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell, kembali meredam spekulasi tapering di tahun ini.

Powell berbicara dalam rangka Semi Annual Monetary Policy Report di hadapan House Financial Services Committee kemarin malam, dan mengatakan belum akan merubah kebijakan moneternya.

Sementara itu inflasi tinggi di AS, yang kembali memunculkan spekulasi tapering di tahun ini, sekali lagi ditegaskan hanya bersifat sementara, dan ke depannya tekanan inflasi akan moderat.

Menurut Powell, tolak ukur The Fed yakni "kemajuan substansial" menuju pasar tenaga kerja penuh (full employment) dan stabilitas harga masih "jauh" dari kata tercapai.
Sementara itu yuan China masih menguat meski data menunjukkan pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok melambat.

Data yang dirilis dari China pagi tadi menunjukkan PDB di kuartal II-2021 tumbuh 7,9%, sedikit lebih rendah dari prediksi para ekonomi yang disurvei Reuters sebesar 8,1%.

Biro Statistik China mengatakan pertumbuhan ekonomi China masih kuat dan berkelanjutan, tetapi masih ada risiko dari penyebaran virus corona secara global serta pemulihan ekonomi yang "belum berimbang" di dalam negeri.

Hal senada juga diungkapkan oleh analis dari JP Morgan Asset Management dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International.

"Secara keseluruhan, ekonomi China berada pada jalur pemulihan yang tepat, dengan target pertumbuhan tahunan 6% akan bisa dicapai," kata Chaoping Zhu, ahli strategi pasar JP Morgan Asset Management.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Tertekan Kemungkinan Perpanjangan PPKM Mikro Darurat

Dolar AS yang sedang lesu membuat rupiah mampu memangkas pelemahan hari ini. Rupiah bisa saja menguat seandainya tidak tertekan akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang kemungkinan besar diperpanjang.

Apalagi, Badan Pusat Statistik siang tadi melaporkan ekspor dan impor masih meroket di bulan Juni, dan neraca dagang mencetak surplus 14 bulan beruntun.

PPKM Mikro Darurat kemungkinan akan diperpanjang sebab rekor penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) pecah lagi, menjadi 54.517 orang kemarin, melewati rekor hari sebelumnya 47.899 orang.

Kemungkinan perpanjangan tersebut tersirat dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"PPKM Darurat selama 4-6 minggu dijalankan untuk menahan penyebaran kasus. Mobilitas masyarakat diharapkan menurun signifikan," tulis bahan paparan Sri Mulyani saat rapat bersama Banggar DPR, Senin (12/7/2021).

Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tidak secara gamblang menyebut apakah PPKM Mikro Darurat yang berakhir pada 20 Juli nanti akan diperpanjang atau tidak.

Luhut hanya mengatakan, jika meroketnya kasus ini sudah diduga sebelumnya. Akan tetapi, tidak diduga secepat ini penyebarannya.

"Saya kira ini begini, kasus meroket sudah kita duga terjadi. Tapi terus terang tidak diduga secepat ini," paparnya saat ditanya soal rencana perpanjangan PPKM Darurat dalam konferensi pers yang digelar hari ini, Kamis (15/07/2021).

Dia menyebut, belum banyak yang paham betul mengenai varian delta ini. Tidak hanya Indonesia yang terkejut pada penularan varian delta ini, namun banyak negara lain mengalami hal sama.

"Karena balik-balik kita mengenai delta varian ini banyak yang gak paham betul. Gak hanya kita caught by surprised, banyak negara lain yang kena," ujarnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular