Review

'Tsunami' Kebangkrutan, Cek Fakta 'Harta' Bos-bos Properti RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
14 July 2021 10:25
Ilustrasi rumah di kawasan Pondok Indah, Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi rumah di kawasan Pondok Indah, Jakarta. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Di bawah saham POLL, ada saham emiten properti Grup Sinar Mas yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja, DUTI, yang anjlok 22,01% dalam setahun terakhir.

Berdasarkan lapkeu per 31 Maret 2021, DUTI adalah entitas anak emiten properti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

Informasi saja, saat ini, BSDE menguasai 1,638,372,333 (1,64 juta) saham atau setara dengan 88,56% saham DUTI. Adapun pemegang saham mayoritas BSDE ialah PT Paraga Artamada sebesar 31,82% dan PT Ekacentra Usahamaju sebesar 25,95%

Komisaris pemegang saham utama di PT Paraga Artamida dan PT Ekacentra Usahamaju adalah cucu Eka Tjipta, Michael Jackson Purwanto (JP) Widjaja, yang sekaligus menjabat Wakil Presiden Direktur BSDE.

Michael, yang merupakan generasi ketiga Keluarga Widjaja, sendiri menggenggam 0,046% saham BSDE. Sementara, sang ayah, Presiden Komisaris BSDE sekaligus Komisaris Utama DUTI Muktar Widjaja, memiliki 0,456% saham BSDE.

Adapun pemegang saham akhir perusahaan DUTI dan BSDE adalah Sinarmas Land Limited yang berkedudukan di Singapura.

Mengacu pada lapkeu tahunan 2020 Sinarmas Land, per 11 Maret 2021, Flambo International Limited, sebuah perusahaan yang didirikan di British Virgin Islands adalah perusahaan induk utama yang menggenggam 45,98% saham perusahaan. Pemegang saham pengendali Sinarmas Land terdiri dari anggota-anggota tertentu dari Keluarga Widjaja.

Mari kita mulai perhitungan. Untuk memudahkan hitung-hitungan, Tim Riset akan berfokus pada kepemilikan saham BSDE di DUTI, yang pada akhirnya secara tidak langsung juga akan ikut mempengaruhi 'harta' Keluarga Widjaja, termasuk Muktar Widjaja dan sang Putra Michael JP Widjaja, di DUTI.

Pada kuartal I 2021, BSDE menggenggam 1,638,372,333 saham DUTI. Dengan perhitungan yang sama dengan di atas, itu berarti jumlah kepemilikan saham BSDE 1,64 juta dikalikan dengan harga saham DUTI setahun lalu di Rp 4.680/saham dan hasilnya didapat nominal Rp 7,67 triliun.

Selanjutnya, saham BSDE (1,64 juta) dikalikan dengan harga saham DUTI terakhir, yakni Rp 3.650/saham, dengan hasil Rp 5,98 triliun.

Maka, penyusutan harta Keluarga Widjaja di DUTI sebesar Rp 1,69 Triliun.

Informasi saja, DUTI mulai beroperasi pada 1987 dengan mengembangkan proyek komersial terpadu atau superblok seperti ITC Mangga Dua. Perseroan juga membangun proyek hotel di Jakarta, Semarang dan Balikpapan, gedung perkantoran di CBD (Central Business District) Jakarta dan proyek perumahan di Jabodetabek, Surabaya dan Balikpapan.

Selain saham POLL dan DUTI, saham emiten properti yang dikuasai taipan Hendro Santoso Gondokusumo, DILD atau Intiland juga ambles 5,49% dalam setahun. Informasi saja, Hendro, yang menjabat sebagai Direktur Utama DILD, memiliki kepemilikan saham pribadi di DILD sebesar 1,626,250,932 (1,63 juta saham) atau sekitar 15,69% per lapkeu kuartal I 2021.

Saham emiten properti Grup Lippo, LPKR, juga turun, kendati hanya tipis-tipis saja, yakni sebesar 0,65% dalam setahun belakangan.

Orang Kaya Jual Aset

Sebelumnya, CNBC Indonesia memberitakan saat ini, sejumlah pengusaha harus menjual aset-aset mereka untuk bertahan di tengah pandemi.

Di sektor transportasi banyak armada dijual oleh pemiliknya, di sektor hotel banyak pengusaha menjual hotel-hotelnya. Selain itu kini banyak juga aset perkantoran mulai dijual khususnya di DKI Jakarta.

Fenomena ini menyebabkan pasar properti bekas makin limbung. Adanya tren penawaran ini makin banyak, sehingga berdampak pada suplai yang tinggi dan imbasnya harga turun.

"Penurunan harga di kawasan Kelapa Gading, Sunter, Muara Karang, Pluit, Pantai Indah Kapuk (PIK) yaitu kisaran 10% sampai 15% atau maksimal di 20%. Ada yang jual murah sampai 20% penurunan tapi tidak menjadi patokan harga secara keseluruhan. Ketika properti tersebut dijual sangat murah, karena rumah warisan yang mau dibagi kepada saudara yang lain," sebut Ketua DPC AREBI Jakarta Utara Jopie Hori.

Selain di Jakarta Utara, kondisi serupa juga terjadi di wilayah lainnya semisal Jakarta Selatan. Beberapa pemilik rumah menjual karena adanya desakan untuk membagi hasil penjualan untuk warisan, dan faktor lainnya.

"Sama ya seputar warisan, kemudian untuk biaya berobat, ada juga yang harus melunasi kredit karena properti dalam jaminan atau agunan, aset diam tidak menghasilkan atau karena butuh cash saja," jelas Ketua DPC AREBI Jakarta Selatan AREBI Jakarta Selatan Andria Dian Palupi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular