Duh! Kasus Covid RI Dekati 50.000, IHSG Terpental dari 6.000

Putra, CNBC Indonesia
14 July 2021 09:12
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan depresiasi tipis 0,06% ke level 6.008,24. Selang 10 menit, IHSG kembali turun 0,73% ke level 5.983,51 pada perdagangan Rabu (14/7/21) di tengah terus melesatnya kasus Covid-19 di dalam negeri.

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 1 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 72 miliar di pasar reguler.

Asing melakukan pembelian di saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebesar Rp 21 miliar dan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) Rp 2 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dilego Rp 55 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang dijual Rp 10 miliar.

Indonesia memang belum bisa lepas dari tahap kritis akibat ledakan kasus Covid-19 yang telah terjadi beruntun dalam 3 pekan terakhir. Tercatat pada hari Selasa (14/7), kasus baru positif Covid-19 terus meroket dan menciptakan rekor baru.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak kemarin lusa pukul 12.00 hingga kemarin pukul 12.00, kasus baru Covid-19 bertambah 47.899 pasien. Hari ini menggenapi kelamnya data kasus Covid-19 pekan ini yang terus mencetak rekor beruntun.

Rekor hari ini memecahkan rekor kemarin lusa yang menembus 40.427 kasus. Alhasil, hingga hari ini total konfirmasi positif di Indonesia menembus 2,615 juta kasus.

Terus melesatnya kasus Covid-19 ini menyebabkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara dan menyebutkan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat bisa diperpanjang hingga enam pekan.

Hal ini tentu saja dapat memicu sentimen negatif bagi pasar keuangan dalam negeri karena dengan kasus Covid-19 yang berlarut-larut dan pergerakan masyarakat yang direm dengan PPKM darurat, roda perekonomian berpotensi untuk macet sehingga pertumbuhan ekonomi berpotensi tergerus.

Selanjutnya dari Amerika Serikat,Inflasi Juni di AS dilaporkan melesat 5,4% secara tahunan dengan inflasi inti 4,5%. Angka itu jauh lebih tinggi dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang berujung pada inflasi tahunan 5%. Sementara itu untuk inflasi inti yang tidak memasukan komponen makanan dan energi berada di angka 3,8%--tertinggi sejak September 1991.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular