
Awas! Cuan Investasi Dolar Australia Bisa Tergerus di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia menunjukkan kinerja impresif melawan rupiah pada semester I-2021, mencatat kenaikan sebesar 11%. Berinvestasi di mata uang Negeri Kanguru ini tentunya memberikan cuan yang cukup besar, tetapi di semester II-2020 beda ceritanya.
Dolar Australia diprediksi akan melemah sekitar 3% dari posisi saat ini hingga akhir tahun nanti melawan dolar Amerika Serikat (AS). Kala dolar Australia melemah melawan dolar AS, melawan rupiah juga akan terjadi hal yang sama, sehingga cuan selama semester I-2021 bisa tergerus.
Proyeksi pelemahan dolar Australia tersebut diberikan oleh Commonwealth Bank of Australia (CBA).
"Skenario utama kami masih sama, bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan mulai menormalkan suku bunga pada November 2022. Tetapi dolar Australia masih akan tertekan sampai inflasi di Australia mendukung proyeksi kenaikan suku bunga RBA," kata Elias Haddad, dari CBA, sebagaimana dilansir poundstelringlive, Jumat (9/7/2021).
Dolar Australia, meski menguat lebih dari 11% di semester I-2021 melawan rupiah tetapi sebenarnya dalam tren menurun sejak beberapa bulan terakhir.
Pada pertengahan April lalu, dolar Australia sempat berada di atas Rp 11.300/AU$ yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2014. Sementara pada perdagangan hari ini, Senin (12/7/2021) pukul 14:36 WIB, dolar Australia berada di Rp 10.817,4/AU$, melemah 0,5% dibandingkan hari Jumat pekan lalu.
RBA dalam pengumuman kebijakan moneter Selasa pekan lalu memutuskan mempertahankan suku bunga di rekor terendah 0,1%. RBA juga mengakui jika pemulihan ekonomi lebih kuat dari prediksi. Tetapi bukannya mengetatkan kebijakan moneter, RBA justru memperpanjang stimulusnya melalui program pembelian obligasi (quantitative easing/QE).
Sikap dovish tersebut membuat dolar Australia terus melemah.
QE bank sentral Australia ini senilai AU$ 5 miliar per pekan, dan berakhir pada bulan September nanti. Tetapi akan diperpanjang dengan mengurangi nilai pembelian menjadi AU$ 4 miliar per pekan.
RBA melalui sang gubernur Philip Lowe pada hari ini sekali lagi menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Lowe menegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tingkat pengangguran turun menjadi 4% dari saat ini 5,1%, dan inflasi naik ke kisaran 2% hingga 3%.
Sama dengan sebelum-sebelumnya, target bank sentral tersebut diperkirakan baru akan tercapai pada tahun 2024.
"Inflasi saat ini masih belum mencapai target. Kami ingin melihat inflasi mencapai target sebelum menaikkan suku bunga," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.
"Kami akan tetap menggelontorkan stimulus moneter dengan membeli obligasi sampai kita melihat kemajuan yang signifikan," tegas Lowe.
TIM RISER CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
