Saham Teknologi & Fenomena Munculnya Crazy Rich Baru di RI

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
12 July 2021 13:35
IPO PT Indointernet Tbk (EDGE), 8 Februari 2021/Dok BEI

Jakarta, CNBC Indonesia - Terlepas dari meningkatnya rekor jumlah kasus baru virus corona di Indonesia, pasar saham terlihat masih relatif stabil, salah satunya berkat melonjaknya harga saham perusahaan teknologi.

Saham teknologi merupakan salah satu saham yang menarik banyak perhatian investor untuk dikoleksi dikarenakan bisnis teknologi diproyeksikan punya kans besar menjadi sektor seksi dan pilihan utama di masa depan.

Berbagai saham teknologi sudah menampakkan taringnya di arena pertempuran jual beli saham, dari mulai bisnis data center milik Otto Toto Sugiri hingga bank dengan pendekatan fintech milik Jerry Ng.

Kehadiran dan naiknya harga saham-saham idola baru secara signifikan dari sektor teknologi tentu diikuti dengan keuntungan finansial bagi pemilik saham, apalagi yang sudah mengoleksi sejak awal pendirian atau awal masa penawaran.

Berikut ini Tim Riset CNBC Indonesia coba merangkum, orang kaya baru yang lahir dari booming nya saham teknologi Indonesia.

Trio DCII - EDGE
Dua emiten teknologi ini mengalami peningkatan harga saham luar biasa sejak perdagangan perdana resmi dilakukan di bursa, bahkan saham DCII sampai hari ini masih digembok BEI akibat peningkatan harga yang tembus 11.000%, sementara saham EDGE sempat melesat lebih dari 400% dan menyentuh rekor harga tertinggi di level Rp 40.478/saham.

Otto Toto Sugiri
Prospektus IPO DCII menyebutkan produk pendiri perusahaan yakni Toto Sugiri, salah satu tokoh data center dan perusahaan teknologi di Tanah Air.

Dia lahir pada tahun 1953, berkewarganegaraan Indonesia, menjabat sebagai Presiden Direktur DCII.
Dia memperoleh gelar Master di bidang computer engineering dari RWTH Aachen German University, Jerman pada 1980. Mengawali kariernya sebagai IT General Manager PT Bank Bali pada tahun 1983.

Menurut laporan bulanan registrasi pemegang efek EDGE terbaru per 2 Juli 2021, Toto Sugiri memiliki jumlah saham EDGE sebanyak 66.898.100 saham atau setara 16,56%, kepemilikan ini turun dari posisi semula yang mencapai 157.120.000 saham atau setara 38,89%. Sedangkan kepemilikan sahamnya di DCII hingga 30 Juni 2021 tercatat sebanyak 712.784.905 atau 29,9%.

Jika menggunakan harga penutupan perdagangan saham EDGE kemarin serta harga saham DCII ketika disuspensi, maka total valuasi kekayaan Toto dari kedua saham ini mencapai Rp 44,43 triliun atau setara US$ 3,06 miliar (kurs 14.500). Kekayaan Toto terikat pada saham DCII mencapai Rp 42,05 triliun, dengan Rp 2,38 triliun sisanya terikat pada saham EDGE.

Marina Budiman
Presiden Komisaris DCII ini lahir pada tahun 1963, berkewarganegaraan Indonesia, menjabat sebagai Presiden Komisaris DCII.
Dia memperoleh gelar Bachelor di bidang finance and economy dari University of Toronto pada tahun 1985.

Wanita pengusaha ini mulai bergabung menjadi Direktur DCII pada tahun 2012 dan menjabat sebagai Presiden Komisaris DCII pada tahun 2016 sampai sekarang.

Per Juni, laporan terbaru menyebutkan Maria Budiman punya 536.505.149 atau 22,51% kepemilikan saham di DCII dan kepemilikan kecil sebesar 1,64% atau setara 6.625.100 saham di EDGE.

Mengacu pada harga penutupan saham EDGE pada perdagangan Jumat (9/7) di level Rp 35.550/saham dan harga suspensi DCII Rp 59.000/saham, maka valuasi kekayaan Marina yang terikat pada dua saham teknologi ini ditaksir mencapai Rp 31,89 triliun atau setara US$ 2,20 miliar.

Kekayaan Marina terikat pada saham DCII mencapai Rp 31,65 triliun dan sebagian kecil sisanya, Rp 235,52 miliar, terikat pada saham EDGE.

Han Arming Hanafia

Tak banyak informasi mengenai Han Arming. Mengacu prospektus DCII disebutkan bahwa trio Toto Sugiri, Marina Budiman dan Han Arming Hanafia merupakan pemilik manfaat DCII (ultimate beneficiary owner), selain juga memiliki saham di EDGE.

Per Juni, laporan terbaru menyebutkan Han Arming Hanafia memegang 14,11% atau 336.352.227 saham DCII dan memiliki jumlah saham sebanyak 30.094.000 saham EDGE atau setara 7,45% per 2 Juli 2021, kepemilikan ini turun dari posisi semula yang mencapai 70.680.000 saham atau setara 17,49%.

Mengacu pada harga penutupan saham EDGE pada perdagangan Jumat (9/7) dan harga suspensi DCII, maka valuasi kekayaan Han Arming yang terikat pada dua saham teknologi ini ditaksir mencapai Rp 20,91 triliun atau setara US$ 1,44 miliar.

Kekayaan Marina terikat pada saham DCII mencapai Rp 19,84 triliun dan Rp 1,07 triliun sisanya terikat pada saham EDGE.
Perkembangan ekosistem digital, dari marketplace hingga munculnya Bank Mini.

Pengembangan ekosistem digital Indonesia telah mampu menciptakan beberapa perusahaan rintisan dengan valuasi miliar dollar, salah satunya adalah ecommerce Bukalapak yang dikabarkan akan segera melantai di bursa tanah air.

Selain itu, berkembangnya ekosistem digital turut memberi andil akan maraknya bisnis bank digital di Indonesia saat ini menjadi hal yang paling menarik dilakukan.

Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya bank-bank kecil alias bank mini (bank dengan modal inti Rp 1-5 triliun). Berikut beberapa nama yang diuntungkan dari perkembangan ekosistem digital tanah air

Achmad Zaky adalah salah satu pendiri Bukalapak, pria kelahiran Sragen ini merupakan alumni Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Informatika yang menamatkan studinya pada tahun 2004 dengan predikat cumlaude.

Perusahaan e-commerce Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk akan menawarkan saham sebanyak-banyaknya sebesar 25.765.504.851 saham biasa. Berdasarkan prospektus yang disampaikan di media massa pada Jumat ini (9/7), saham ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran berkisar antara Rp 750 sampai dengan Rp 850.

Dengan demikian, jumlah seluruh nilai IPO ini adalah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 21.900.679.123.350, alias nyaris Rp 22 triliun.

Achmad Zaky yang menggenggam 4,45 miliar lembar saham BUKA berpotensi untuk memiliki kekayaan total Rp 3,78 triliun dari kemilikan saham di ecommer ini, ini artinya Indonesia akan kedatangan triliuner baru pasca IPO Bukalapak.

Jerry Ng merupakan pengusaha dan bankir kawakan yang masuk dalam jajaran 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes pada 2021. Dalam setahun terakhir kekayaannya meningkat pesat dan merupakan pendatang baru yang mampu menembus jajaran 10 orang terkaya Indonesia versi Forbes di mana tahun lalu masih di urutan 44.

Menurut laporan Forbes terbaru, Jerry Ng yang sebelumnya berada di peringkat ke-44 sebagai orang terkaya di Indonesia kini merangsek ke urutan ke-7 dengan kekayaan bersih US$ 2,5 miliar atau setara Rp 36,25 triliun (kurs 14.500) per April 2021.

Sumber terbesar kekayaan Jerry Ng berasal dari investasi di PT Bank Jago Tbk (ARTO) bersama rekan-rekannya. Jerry Ng tak sendiri, bersama sejawat bisnisnya mereka masuk ke Bank Jago lewat PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI).

Jumlah kemilikan saham Jerry Ng di PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) memang tidak dirincikan secara khusus, namun per akhir Juni 2020 MEI menguasai 4,13 miliar atau 29,80% saham ARTO. Menggunakan harga penutupan perdagangan kemarin (9/7) di level Rp 13.900 maka kekayaan MEI ditaksir mencapai Rp 59,40 triliun atau setara US$ 3,96 miliar.

Keluarga Nojorona merupakan pendiri PT Nojorono Tobacco International (Nojorono), pabrik rokok dengan merek Minak Djinggo dan Class Mild yang saat ini merupakan perusahaan nomor lima dalam industri rokok terbesar di Indonesia.

John Dharma J Kusuma merupakan petinggi di pabrik rokok PT Nojorono Tobacco International (Nojorono) dan juga pemegang saham terakhir PT NTI Global Indonesia dan pengendali Bank Net Syariah, kendati tidak disebutkan bahwa NTI adalah bagian dari Nojorono, tapi besar kemungkinan berasal dari singkatan Nojorono Tobacco International.

Per akhir Juni 2021, NTI Global Indonesia menguasai 7,98 miliar atau setara 60,55% kepemilikan saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK). Menggunakan harga penutupan perdagangan Jumat (9/7/2021) di level Rp 3.480/saham, kekayaan yang dimiliki NTI Global dari kepemilikan saham di Bank Aladin ditaksir mencapai Rp 27,80 triliun atau setara US$ 1,92 miliar.

Saham BANK resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 1 Februari 2021. Saat dilepas di pasar perdana harga saham BANK sebesar Rp 103/unit. Saat ini harga saham BANK pada harga Rp 3.530/unit, artinya sudah terjadi kenaikan harga 3.327%. 

Nilai kapitalisasi saham BANK saat ini mencapai Rp 46,57 triliun.

Djoko Susanto merupakan seorang pengusaha asal Indonesia yang merupakan pemilik grup Alfamart, bisnis ritel dengan mini-mart konsep. Pada 2021, Forbes menempatkan ia pada urutan 10 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.

Alfamart sendiri bukan merupakan emiten teknologi atau perbankan dengan bisnis digital, akan tetapi baru-baru ini manajemen Alfamart mengakui sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama dengan Bank Aladin.

Meskipun demikian pihak manajemen Alfamart menegaskan kerja sama tersebut adalah MoU pada umumnya dalam hal pembayaran dan remitansi dan mengatakan tidak ada tujuan yang lebih spesifik, seperti misalnya arah pengembangan bank digital.

Harga saham berkide AMRT dari awal tahun tercatat sudah mengalami kenaikan 72% ke harga Rp 1.375/unit. Nilai kapitalisasi saham AMRT saat ini sudah mencapai Rp 57,1 triliun, dimana 52 dari nilai tersebut dikuasai oleh Djoko Susanto lewat PT Sigmatara Alfindo.

Indonesia sendiri merupakan salah satu populasi underbanked dengan peringkat ketiga terbesar di dunia. Lebih dari 77% masyarakat dewasa di Indonesia tidak memiliki atau memiliki akses yang sangat terbatas kepada akses finansial.

Meski pihak manajemen telah membantah, fakta tersebut dan juga kolaborasi dengan Bank Aladin bisa saja menjadi godaan tersendiri dalam pengembangan bisnis di masa depan.

Berdasarkan estimasi yang dilakukan Forbes, total kekayaan Djoko Susanto mencapai US$ 1,7 miliar atau setara Rp 24,31 triliun pada tahun 2021, naik ke peringkat 10 dari sebelumnya berada di posisi 19 tahun 2020.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular