
Meski Covid di RI Rekor Tertinggi, Waspada Prank Saham RS

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama sepekan terakhir saham-saham rumah sakit terus melejit kencang dan menjadi buruan investor di tengah melesatnya kasus Covid-19 di dalam negeri yang terus mencetak rekor.
Di Indonesia, penambahan kasus Covid-19 masih terus menanjak, yakni sebanyak 38.391 orang dalam sehari per Kamis (8/7/2021). Jumlah ini bahkan menjadi kasus baru yang tertinggi di dunia kemarin, mengalahkan Rusia yang mencetak 23 ribu kasus. Dengan begitu total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 2.417.788 orang.
Seiring dengan melesatnya kasus Covid-19, tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate, BOR) di RS juga terus melejit.
"Jumlah BOR meningkat sekali di Juni terutama di Pulau Jawa. Penambahan kapasitas sudah dilakukan, penambahan ruang baru, peluasan kapasitas, konversi tempat tidur, pemanfaatan IGD sebagai ruang rawat, penambahan tenda sebagai ruang sementara menunggu ruang rawat di dalam rumah sakit," kata Partakusuma dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia atau Persi, dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, dikutip dari kanal Youtube DPR RI, Senin (5/7/2021).
Bahkan terbaru, di Ibukota disebut-sebut tingkat keterisian seluruh rumah sakitDKI Jakarta telah mencapai 93%. Sementara BOR Intensive Care Unit (ICU) mencapai 94%.
Dengan penuhnya rumah sakit, memang tentunya ini akan meningkatkan pundi-pundi pendapatan rumah sakit di tahun pandemi. Meskipun demikian apakah kenaikan saham rumah sakit dalam sepekan masih tergolong wajar dan bisa menjustifikasi keuntungan yang nantinya akan diterima oleh emiten rumah sakit karena melesatnya kasus Covid-19 ?
Bagaimana kinerja saham RS sepekan terakhir dan apakah valuasinya masih murah? Simak tabel berikut.
Tercatat kenaikan tertinggi dibukukan saham PT Sejahteraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) yang sudah melesat 80,29% dalam sepekan terakhir meskipun pada hari ini terpaksa ambruk ke level ARB 6,79% di harga Rp 494/unit.
Terctat SRAJ memiliki valuasi harga dibandingkan dengan nilai buku sebesar 3,38 kali lebih rendah dari rata-rata PBV emiten RS di bursa lokal di angka 4,8 kali.
Selajutnya di posisi kedua ada PT Royal Prima Tbk (PRIM) yang juga terkoreksi ke level ARB 6,84% setelah terbang 69,25% dalam sepekan. Tercatat PRIM memiliki valuasi PBV sebesar 2,05 kali.
Sedangkan koreksi paling parah dibukukan oleh PT Diagnos Laboraturiom Utama Tbk (DGNS) yang sudah terkoreksi 4,35% ke level harga Rp 1.210/unit sepekan terakhir. DGNS juga menjadi saham kesehatan dengan vauasi termahal di angka PBV sebesar 9,24 kali.
Tak ada salahnya memang trading di saham yang sedang hype di market, akan tetapi para pelaku pasar harus mengingat bahwa saham-saham yang sudah melesat kencang sangat rentan terkoreksi
Apalagi karena adanya aturan pembatasan koreksi harian (ARB, Auto Reject Bawah) sebesar 7% maka ketika terjadi koreksi saham tersebut berpotensi terkena ARB beruntun sehingga investor berisiko 'nyangkut' alias tidak bisa melakukan penjualan.
Investor tentunya masih ingat dengan kejadian saham-saham farmasi pada awal tahun yang terkena ARB berjilid-jilid karena sempathotsebelum Presiden Joko Widodo(Jokowi) menjadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin Covid-19.
Setelahnya ada pula kasus bank-bank mini alias bank BUKU II (bank dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun) yang melesat akibat spekulasi POJK konsolidasi perbankan dimana bank gurem terpaksa menambah modal atau mempersilahkan investor strategis untuk masuk.
Pasca klarifikasi sejumlah emiten bahwa belum ada investor unicorn yang akan menyuntikkan dana, bank-bank mini tersebut longsor terkena ARB berjilid-jilid.
Menarik memang bertransaksi di saham yang pergerakannya sedang mengalami tren kenaikan kuat, akan tetapi investor memang tetap harus berhati-hati dan segera angkat kaki apabila tanda-tanda perbalikan arah harga saham sudah mulai terlihat.
Karena teori investasi yang utama tetaplah berlaku yakni semakin besar potensi keuntungan, semakin besar pula potensi kerugianya.
Jadi keputusan investasi kembali ke Anda para investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham