
Tidak Ada Tapering Tahun Ini, IHSG Bisa Tembus 6.100 nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,05% ke 6.044,034 Rabu kemarin, setelah sempat menguat 0,34% dan turun 0,41%.
Artinya, IHSG bergerak cukup volatil. Nilai transaksi pun cukup besar Rp 13,7 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 87 miliar.
Pelaku pasar menanti rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan nama Federal Reserve/The Fed menjadi isu utama pasar finansial global Rabu kemarin.
Maklum saja, kebijakan The Fed memberikan efek yang sangat signifikan, sehingga pelaku pasar cenderung berhati-hati.
Penantian tersebut terjawab hari ini, Kamis (8/7/2021). Notula The Fed yang dirilis dini hari tadi menunjukkan The Fed memang sudah membahas tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) , tetapi tidak akan terburu-buru melakukannya. Artinya, tapering kemungkinan besar tidak dilakukan di tahun ini.
Mayoritas komite pembuat kebijakan moneter (FOMC) sepakat perekonomian harus menunjukkan "kemajuan substansial lebih jauh" sebelum The Fed mulai mengetatkan kebijakan moneter.
Meski ada beberapa anggota FOMC yang melihat pemulihan ekonomi jauh lebih cepat dari perkiraan, dan inflasi yang sangat tinggi, sehingga The Fed perlu "menarik pedal gas".
Pengumuman tersebut membuat Wall Street mencatat penguatan pada perdagangan Rabu, indeks S&P 500 bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Hal tersebut tentunya bisa memberikan sentimen positif ke Asia, termasuk IHSG.
Tetapi dari dalam negeri, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa bisa membuat sentimen pelaku pasar memburuk, apalagi jika dampaknya mulai terlihat ke konsumen.
Seberapa besar dampak lonjakan kasus Covid-19 terhadap konsumen bisa terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) hari ini.
Dalam survei yang dirilis bulan Juni lalu, sebelum terjadi lonjakan kasus Covid-19, konsumen Indonesia terlihat semakin optimistis. BI melaporkan IKK Mei 2021 sebesar 104,4, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.
IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti pesimistis, sementara di atasnya optimistis.
Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi. Tetapi jika berbalik pesimistis akibat lonjakan kasus Covid-19, ada risiko tingkat konsumsi akan menurun, dan menghambat laju pemulihan ekonomi.
Secara teknikal, kemampuan IHSG bertahan di atas level psikologis 6.000 sejak awal pekan menjadi kabar bagus. IHSG juga makin menjauh dari rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 100/MA 100).
IHSG kini perlu melewati MA 100 di kisaran 6.080 hingga 6.090, untuk menguat lebih jauh.
![]() Foto: Refinitiv |
MA 100 tersebut merupakan tembok tebal atau resisten yang kuat, beberapa kali IHSG mencoba melewatinya tetapi selalu gagal. Sebab, pada April lalu terjadi persilangan antara MA 50 dan MA 100 yang menjadi sinyal penurunan IHSG, dan untuk mengakhiri tekanan tersebut tembok tebalnya harus dijebol dengan konsisten.
Dengan kata lain, jika mampu mengakhiri perdagangan di atas MA 100, maka ruang berlanjutnya penguatan IHSG akan terbuka lebar. MA 100 tersebut juga menjadi target penguatan terdekat IHSG selama mampu bertahan di atas level psikologis 6.000 yang menjadi support terdekat.
Support artinya menjadi penghadang penurunan IHSG, tetapi jika dilewati support yang cukup kuat berada di kisaran 5.980 hingga 5.970 (MA 50). Penembusan support tersebut berisiko membawa IHSG turun ke ke 5.940.
Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian sudah mulai turun dari wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Tekanan bagi IHSG berkurang setelah Stochastic keluar dari wilayah overbought, meski harus menunggu hingga mencapai oversold agar mendapat momentum penguatan yang kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
