Semester I, BI Jorjoran Borong Surat Utang RI Rp 121 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 July 2021 16:47
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2021. (Tangkapan layar Youtube BI)
Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2021. (Tangkapan layar Youtube BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) terus mendukung pemerintah dalam menambah sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.

Sampai dengan semester pertama tahun ini, bank sentral telah membeli SBN yang diterbitkan pemerintah senilai Rp 120,83 triliun di pasar perdana. Kebijakan ini ditempuh sebagai upaya bank sentral dalam memulihkan perekonomian nasional.

"Kami biayai APBN melalui pembelian SBN, hingga semester I-2021 telah mencapai sekitar Rp 120,83 triliun," tutur Perry, dalam sambutannya di acara The Future of Banking: Achieving Financial Inclusion in Indonesia, Rabu (7/7/2021).

Jumlah ini juga menunjukkan peningkatan dari posisi 15 Juni lalu, di mana BI tercatat sudah membeli SBN di pasar perdana sebesar Rp 116,26 triliun. Nilai ini terdiri dari Rp 40,80 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp 75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (opsi lelang tambahan).

Perry menambahkan, sepanjang tahun lalu, BI sudah membeli SBN milik pemerintah senilai Rp 473,42 triliun.

Selain itu, bank sentral juga melakukan injeksi likuiditas ke pasar keuangan melalui quantitative easing senilai Rp 776,6 triliun. Kemudian, sampai dengan Juni tahun ini, nilainya sudah bertambah Rp 97,3 triliun.

Dengan demikian, total dana yang digelontorkan BI untuk injeksi likuiditas senilai Rp 823,9 triliun, setara 5,32% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Perry memastikan kondisi likuiditas tetap longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi BI dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

"Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,71% dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,71% (yoy)," tuturnya.

Adapun dari sisi likuiditas perekonomian juga meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 12,6% (yoy) dan 8,1% (yoy) pada Mei 2021.

"Ekspansi likuiditas tersebut belum optimal mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah kecepatan perputaran uang di ekonomi (velositas) yang menurun, seiring belum kuatnya permintaan domestik," tuturnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BI Pede PDB RI Bisa Tumbuh di Atas 4% Tahun ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular