Rupiah Lemas Lagi, Dolar AS Dekati Rp 14.500!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 July 2021 09:20
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Apa boleh buat, dolar AS memang terlalu kuat.

Pada Rabu (7/7/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.480 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin lemah. Pada pukul 09:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.490 di mana rupiah melemah 0,17%.

Kemarin, rupiah berhasil menguat tipis 0,08% di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Ini membuat rupiah membukukan penguatan selama dua hari perdagangan beruntun.

Hari ini, tren itu sepertinya terhenti. Sulit memang, karena dolar AS sedang di atas angin.

Pada pukul 09:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat 2,86%.

Halaman Selanjutnya --> The Fed Bakal Jadi 'Elang'?

Pelaku pasar tengah menantikan notula rapat atau minutes of meeting bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) edisi Juni 2021. Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25% dan pembelian aset (quantitative easing) sebesar US$ 120 miliar per bulan.

Namun dalam rapat tersebut, terlihat bahwa nada (tone) Powell dan rekan sudah mulai menunjukkan sikap ketat atau hawkish. Powell sudah berani bicara soal kenaikan suku bunga acuan, meski ada syaratnya yaitu inflasi yang stabil di atas target 2% dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum unemployment).

"Ketika itu terjadi, di mana sudah tercipta kondisi siap lepas landas, maka akan menjadi sinyal bahwa pemulihan sudah kuat dan tidak lagi membutuhkan suku bunga mendekati 0%," ungkap Powell dalam konferensi pers usai rapat bulan lalu.

Nah, sekarang pasar ingin mencari tahu lebih dalam mengenai 'suasana kebatinan' dalam rapat tersebut. Apakah semakin banyak suara yang menginginkan pengetatan (tapering off)? Sejauh mana kemungkinan The Fed bakal segera mengurangi dosis quantitative easing dan kemudian menaikkan Federal Funds Rate?

Sepertinya pasar semakin berani bertaruh bahwa tone dalam notula rapat kali ini lebih hawkish. Oleh karena itu, dolar AS mendapat angin segar.

Saat quantitative easing berkurang (apalagi ketika disetop total), maka pasokan dolar AS bakal berkurang. Seperti barang, pasokan yang tidak lagi melimpah sementara permintaan terus bertambah akan menaikkan harga. Dalam hal ini, bilai tukar dolar AS bakal semakin kuat karena menjadi buruan.

Kemudian kalau suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terungkit. Ini membuat arus modal semakin berkerumun di dekat mata uang Negeri Adikuasa sehingga nilai tukarnya semakin kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular