Dow Futures Melemah Sambut Lonjakan Harga Minyak Mentah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 July 2021 20:09
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) stagnan cenderung melemah pada perdagangan Selasa (6/7/2021), usai libur Hari Kemerdekaan AS kemarin.

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average turun 36 poin dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 juga turun, sebesar 0,1%, sedangkan indeks Nasdaq bertambah tipis0,5%.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke US$ 76,98 per barel-level tertinggi sejak November 2014, sebelum surut menjadi US$ 76,38/barel. Sementara itu, harga acuan minyak internasional jenis Brent naik 0,2% ke US$ 77,32/barel, atau tertinggi sejak 2018.

Kenaikan harga terjadi setelah rapat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang juga dihadiri sekutunya yakni Rusia dkk gagal mencapai kesepakatan mengenai penghentian pemangkasan produksi.

Forum memutuskan rapat ditunda setelah Uni Emirat Arab kembali menolak usulan penundaan penaikan produksi. Akibat penundaan rapat tersebut, suplai minyak mentah berpeluang tak cukup memenuhi kenaikan permintaan akibat pembukaan ekonomi di beberapa negara maju.

Dinamika rapat OPEC memicu kenaikan aset reksa dana berbasis minyak di AS, yakni SPDR Oil & Gas Exploration & Production, yang melesat 1,8% di sesi pra-pembukaan. Saham emiten minyak seperti Occidental Petroleum, ConocoPhillips, dan Chevron juga naik.

"Kita berada di mode penyusutan suplai karena belum ada pengeboran minyak baru sehingga beberapa pemain besar seperti Chevrons dan Pioneers bisa dengan mudah dan cepat mendongkrak produksi dengan margin keuntungan yang juga bagas," tutur Sarat Sethi, Manajer Portofolio DCLA, kepada CNBC International.

Sementara itu, saham aplikasi sewa mobil Didi-yang baru saja listing di Wall Street pekan lalu-anjlok 25% setelah China mengumumkan aturan bahwa aplikasi tersebut tidak akan bisa diunduh jika belum ada review mengenai keamanan siber. Sebaliknya, saham Amazon naik setelah Andy Jassy resmi ditunjuk sebagai CEO, menggantikan Jeff Bezos yang menjadi executive chairman.

Konsensus pasar memprediksi indeks S&P 500 akan di level 4.276 pada akhir tahun nanti, atau terhitung anjlok 2% dari penutupan Jumat kemarin sebesar 4.352,34. Konsensus ini disusun oleh CNBC Market Strategist terhadap 16 analis top di Wall Street.

Investor masih menunggu hasil nota rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) Juni lalu, untuk mencari tahu mengenai situasi di balik layar terkait penentuan kebijakan moneter dalam rapat terbaru yang lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebijakan Pajak Biden Perberat Pergerakan Dow Futures dkk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular