
Allo Bank-SCMA Cuan Gede Lagi, Saham GGRM-BGTG Diobral

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten media sekaligus induk saluran televisi SCTV dan Indosiar milik Grup Emtek PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) dan emiten perbankan milik PT Mega Corpora yang dikendalikan pengusaha Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) atau dulu bernama PT Bank Harda Internasional Tbk menjadi top gainers di paruh kedua perdagangan Selasa (6/7/2021).
Sementara, saham emiten produsen rokok raksasa PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan saham perbankan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) harus rela menjadi top losers.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound hari ini. IHSG menguat 0,69% ke posisi 6.047,111 pada penutupan sesi I perdagangan, Selasa (6/7).
Menurut data BEI, ada 261 saham naik, 244 saham merosot dan 144 saham stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 12,43 triliun dan volume perdagangan mencapai 19,96 miliar saham.
Investor asing pasar saham menginjakkan kaki ke Indonesia dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 63,43 miliar di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 238,18 miliar.
Berikut 5 saham top gainers dan losers sesi I hari ini (6/7).
Top Gainers
MNC Studios International (MSIN), saham +20,79%, ke Rp 488, transaksi Rp 86,5 M
Surya Citra Media (SCMA), +18,46%, ke Rp 2.150, transaksi Rp 210,8 M
Bank Harda Internasional (BBHI), +15,74%, ke Rp 5.000, transaksi Rp 158,7 M
MNC Investama (BHIT), +11,63%, ke Rp 96, transaksi Rp 153,0 M
Cahaya Bintang Medan (CBMF), +11,11%, ke Rp 60, transaksi Rp 6,3 M
Top Losers
Bank Ganesha (BGTG), saham -6,92%, ke Rp 121, transaksi Rp 15,0 M
Diagnos Laboratorium Utama (DGNS), -6,71%, ke Rp 1.320, transaksi Rp 107,6 M
Bank IBK Indonesia (AGRS), -6,70%, ke Rp 167, transaksi Rp 23,0 M
Gudang Garam (GGRM), -5,75%, ke Rp 41.425, transaksi Rp 187,5 M
Aneka Gas Industri (AGII), -4,32%, ke Rp 1.550, transaksi Rp 97,8 M
Menurut data di atas, saham SCMA mengalami lonjakan 18,46% ke Rp 2.150/saham. Saham ini berhasil memantul kembali ke zona hijau setelah kemarin terkoreksi 0,27%. Dalam sepekan saham SCMA melesat 26,47% dan dalam sebulan melonjak 30,70%.
Sementara, saham BBHI melejit 15,74% ke Rp 5.000/saham. Saham BBHI melanjutkan penguatan sejak dua hari lalu.
Dalam sepekan saham BBHI mendaki setinggi 79,21%, sementara dalam sebulan 'terbang' 248,43%.
Sentimen terbaru yang mempengaruhi pergerakan saham ini ialah BBHI yang telah resmi mendapatkan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM terkait dengan perubahan nama menjadi Allo Bank Indonesia yang berlaku sejak 30 Juni 2021.
Saat ini perusahaan juga telah memperoleh pernyataan efektif dari OJK untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan surat OJK No.S-104/D.04/2021 tanggal 30 Juni 2021 Perihal Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran yang akan meningkatkan permodalan perseroan sekitar Rp 7,498 triliun.
Dana rights issue akan digunakan untuk pemenuhan modal inti minimum bank yang akan memberikan kemampuan Allo Bank untuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi yang yang dikenal sebagai digital bank.
Berbeda nasib, saham BGTG ambles hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) 6,92% ke Rp 121/saham, setelah pada Senin kemarin melonjak 9,24%.
Demikian pula saham GGRM yang merosot 5,75%, melanjutkan anjlok kemarin 6,98%. Sebelumnya, saham GGRM sempat mencatatkan reli penguatan selama 8 hari beruntun, yakni antara 21-30 Juni.
Isu mengenai GGRM yang menjadi target akuisisi perusahaan Jepang memang berhasil mengerek saham emiten rokok ini dalam beberapa waktu belakangan.
Riset terbaru CGS-CIMB Sekuritas Indonesia mengungkapkan pelaku pasar memang tengah ramai membicarakan potensi GGRM menjadi subjek merger dan akuisisi (M&A) oleh perusahaan asing.
"Kami pikir Japan Tobacco (JT) adalah yang paling mungkin untuk membeli GGRM dari perspektif strategis serta mengenal baik keluarga pengendali GGRM," tulis riset CGS-CIMB Sekuritas Indonesia yang disampaikan di sejumlah forum analis, dikutip Senin (5/7).
Menurut CGS-CIMB Sekuritas, mengakuisisi GGRM dapat menelan biaya sebanyak US$ 10-15 miliar [Rp 215 triliun, kurs Rp 14.300/US$] atau Rp 80.000-113.000 per saham.
CNBC Indonesia sudah mengonfirmasi mengenai rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar tersebut kepada Direktur GGRM, Istata Taswin Siddartha. Namun, sampai berita ini ditayangkan, Istata belum menjawab perihal akuisisi perusahaan oleh JT.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Allo Bank & Matahari Jadi Jawara, GGRM-WIKA Nyungsep!
