
OJK Bidik Fund Raising Pasar Modal Rp 180 T, Obligasi Dominan

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan nilai penghimpunan dana (fund raising) di pasar modal melalui penawaran umum akan mencapai Rp 150 triliun sampai dengan Rp 180 triliun di tahun ini atau naik kisaran 26-52% dari penggalangan dana di pasar modal tahun lalu mencapai Rp 118,7 triliun.
Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, sampai dengan 29 Juni 2021, nilai penawaran umum di pasar modal, baik melalui penawaran umum perdana (initial publik offering/IPO), rights issue (penerbitan saham baru), hingga penawaran umum surat utang (obligasi) mencapai Rp 67,8 triliun dari sebanyak 68 penawaran umum.
"Penghimpunan dana di pasar modal kami perkirakan akan meningkat Rp 150-180 triliun, berdasarkan yang dicapai sekarang dan pipeline cukup besar," kata Wimboh, dalam paparannya di acara webinar bertajuk "Economic Outlook Prospek Ekonomi Pasca-Stimulus dan Vaksinasi, Selasa (6/7/2021).
Dalam kesempatan sebelumnya, OJK mencatat, minat perusahaan melakukan penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal tetap tinggi di masa pandemi Covi-19.
Hal ini terlihat dari pipeline OJK, sampai dengan 8 Juni 2021, ada sebanyak 80 penawaran umum yang akan dilakukan perusahaan dengan nilai emisi sebesar Rp 78,72 triliun.
"Di pipeline, ada 80 penawaran umum dengan nilai Rp 78,72 triliun. Ini potensi besar untuk mendukung pemulihan ekonomi," kata Wimboh Santoso, saat dalam pemaparannya di Komisi XI DPR, Selasa (14/6/2021)
Wimboh merinci, jumlah itu terdiri dari 40 IPO saham dengan nilai indikatif Rp 8,55 triliun, 13 Penawaran Umum Terbatas (PUT) melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue Rp 12,07 triliun.
Selanjutnya, 4 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan atau Sukuk (EBUS) senilai Rp 7 triliun. Lalu 21 PUB (penawaran umum berkelanjutan) EBUS Tahap pertama Rp 49,80 triliun dan 2 PUB EBUS Tahap kedua Rp 0,80 triliun (atau Rp 800 miliar).
Dilihat dari sektornya, nilai penawaran umum terbesar masih didominasi oleh sektor keuangan sebesar 48,6%, selanjutnya infrastruktur 16,3%, industri dasar 21,2%, sektor kesehatan 2,4%, properti dan real estate 3,9%, sektor teknologi 1,5% dan lainnya.
Adapun, tujuan penggunaan dana sebesar 39,14% digunakan untuk modal kerja, 18,49% untuk pembayaran utang, ekspansi 17,67%, akuisisi 1,25%, penyertaan modal 3,13% dan lain-lain sebesar 19,71%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos OJK Ungkap Deretan Sektor Ini Bakal Dorong Ekonomi RI
