Perjalanan 50 Tahun Gunung Raja Paksi di Industri Baja

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
02 July 2021 14:19
Strategi Pengembangan Bisnis GGRP di Industri Baja Tanah Air CNBC Indonesia TV)
Foto: Strategi Pengembangan Bisnis GGRP di Industri Baja Tanah Air CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri baja dikatakan sebagai mother of industry karena peran pentingnya sebagai penopang industri bahan baku sebagai bahan baku. Pentingnya peran baja dalam perkembangan industri menjadi salah satu pendorong lahirnya PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP).

Salah satu Founder GGRP Djamaluddin Tanoto mengatakan ketika merintis perusahaan masih belum banyak yang melirik potensi dari industri baja sehingga dia pun melihat kesempatan ini. Setelah memulai usahanya di Medan, Sumatera Utara, Gunung Raja Paksi pun ekspansi ke Pulau Jawa karena potensi pasar yang lebih besar.

"Kami mulai memproduksi baja H-Beam, dan menjadi yang pertama di Asean. Kami juga ekspor ke Taiwan, Thailand, hingga China," kata Djamaluddin kepada Profit CNBC Indonesia, Jumat (2/7/2021).

Setelah berjalan pihaknya juga mulai melakukan ekspansi produk, sehingga tidak hanya memproduksi baja H-Beam. Saat ini GGRP telah memproduksi baja angle (hot rolled), wide flange, H-Beam, Wired rod, kemudian untuk produk flat ada hot rolled coil (HRC), plat baja, dan coil plate, serta beberapa produk turunan lainnya.

Pada 2019, perusahaan keluarga ini pun memutuskan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO.

"Saya juga dipanggil pemerintah supaya jangan hanya bikin industri keluarga saja, saya pikir ada benarnya. Makanya kami IPO supaya lebih maju dan profesional, saya juga merasakan 2 tahun ini perusahaan lebih maju, daripada sebelumnya," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Founder Gunung Raja Paksi lainnya Kamaruddin Taniwan mengatakan perusahaan lahir dari keinginan kuat untuk memanfaatkan produk dalam negeri agar lebih efisien. Pasalnya, ketika awal merintis usahanya, dia merasakan mahalnya biaya pengiriman ketika impor serta perawatan setelahnya.

Selain itu, pembangunan infrastruktur yang masif oleh pemerintah menurutnya membutuhkan dukungan dari industri baja dalam negeri. Hal ini membuat Gunung Raja Paksi melakukan inovasi produk dan melakukan adaptasi teknologi.

"Kalau impor kan pake dolar kalau sendiri kan pakai uang rupiah, sehingga ada efisiensi biaya dan ada transfer teknologi. Dulu awal buka pabrik kami impor untuk mesin-mesinnya, ke belakang kami kan bisa memperbaiki atau membikin mesin. Pelan-pelan bisa mandiri, begitu juga dengan industri," katanya.

"Kami juga bersertifikasi berskala internasional yang standarnya bukan dari kami, melainkan dari masing-masing negara. Produk Gunung Raja Paksi bisa penuhi semua," tambah Kamaruddin.

Dengan inovasi produk terutama yang sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia, maka konsumen bisa melakukan proses lebih cepat tidak perlu menunggu lama dibandingkan impor. Dia pun mengharapkan perusahaan lebih banyak dilibatkan dalam proyek pembangunan infrastruktur dan industri tanah air.

"Kami minta project pemerintah seperti super steel structure kalau bisa dapat mendukung pabrik dalam negeri, sehingga ini bisa jadi wujud cinta produk Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Founder Gunung Raja Paksi lainnya Margareth Leroy mengatakan keputusan untuk ekspansi ke Pulau Jawa adalah hal yang tepat dalam mengembangkan perusahaan. Sebelumnya, Gunung Raja Paksi hanya melayani pengiriman di sekitar Sumatera, seperti Lampung, Jambi, dan Palembang. Ketika ada konsumen dari Surabaya maka pengiriman pun akan menjadi lebih mahal dan lama.

"Dulu kami hanya besar di Medan, tapi karena ingin meningkatkan pangsa pasar kami ekspansi ke Jakarta. Selama 50 tahun berjalan kami semakin besar dengan dukungan inovasi produk, dan juga karyawan yang membantu perusahaan terus bertahan dan berjalan," ujar Margareth.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Journey 50 Tahun Gunung Raja Paksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular