PPKM Mikro Darurat Resmi Mulai 3 Juli, Rupiah 4 Hari Anyep

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 July 2021 15:50
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dolar AS memang sedang kuat-kuatnya, hingga perdagangan Kamis kemarin mampu mencatat penguatan 6 hari beruntun. Kemarin indeks dolar AS bahkan melesat 0,42% ke 92,436 yang merupakan level tertinggi sejak awal April lalu.

Sementara sepanjang bulan Juni, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini mampu mencatat penguatan 2,6% dan menjadi kinerja yang terbaik dalam 4,5 tahun terakhir.

Maklum saja, bank sentral AS (The Fed) dalam rapat kebijakan moneter bulan lalu merubah proyeksi kenaikan suku bunganya dari tahun 2024 menjadi 2023 bahkan tidak menutup kemungkinan tahun depan.

Data-data terbaru juga mendukung proyeksi tersebut. Jumat pekan lalu Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (25/6/2021) melaporkan inflasi inti berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) di bulan Mei tumbuh 3,4% year-on-year (YoY). Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 1992.

Inflasi PCE tersebut merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Data lain yang digunakan The Fed adalah pasar tenaga kerja.

Kemarin, Automatic Data Processing Inc. (ADP) melaporkan sepanjang bulan Juni sektor swasta AS mampu menyerap 692.000 tenaga kerja, lebih tinggi dari survei Reuters sebanyak 600.000 tenaga kerja.

Data ini biasanya digunakan untuk memprediksi data tenaga kerja versi pemerintah yang akan dirilis Jumat besok.

Pasar tentunya menanti rilis data tersebut pada Jumat waktu waktu AS untuk melihat seberapa kuat kemungkinan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan dilakukan di tahun ini.

Sebelum menaikkan suku bunga, The Fed akan melakukan tapering terlebih dahulu. Saat ini nilai QE The Fed sebesar US$ 120 miliar per bulan.

"Jika kita melihat data tenaga kerja lebih kuat dari perkiraan, maka narasi The Fed akan mengetatkan kebijakan moneter lebih cepat dari ekspektasi akan semakin menguat. Hal itu akan membuat dolar AS perkasa," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo Securities, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (30/6/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular