
Corona Makin Gila, Rupiah Kian Lemah Dekati Rp 14.500/US$

Tidak cuma di Asia, dolar AS juga berjaya di level dunia. Pada pukul 10:41 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.
Dalam sebulan terakhir, Dollar Index melonjak 2,05%. Sedangkan sejak akhir 2020 (year-to-date) penguatannya adalah 2,16%.
Percepatan laju inflasi AS jadi 'bensin' buat laju mata uang Negeri Paman Sam. Akhir pekan lalu, US Bureau of Economics Analysis merilis data inflasi AS. Bukan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI), melainkan Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini adalah indikator inflasi yang menjadi rujukan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), terutama PCE inti.
Pada Mei 2021, laju PCE inti tercatat 3,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah laju tercepat sejak April 1992.
Percepatan laju inflasi yang sudah melampaui target 2% membuat pasar semakin yakin bahwa kenaikan suku bunga acuan bisa terjadi lebih cepat. Bukan tidak mungkin Federal Funds Rate bakal naik tahun depan.
"Tergantung data penciptaan lapangan kerja nanti, sepertinya pasar mulai membuat perkiraan suku bunga naik tahun depan," ujar Yukio Ishizuki, Senior Currency Strategist di Daiwa Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Aura kenaikan suku bunga akan menjadi angin segar bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat imbalan berinvestasi di dolar AS akan ikut terangkat. Dolar AS jadi menarik sehingga diburu pelaku pasar.
Halaman Selanjutnya --> Corona Kian Berbahaya
(aji/aji)
