
Rupiah Butuh Obat Kuat, Jangan Sampai ke Rp 14.500/US$!

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal keluar ini membuat rupiah kembali melemah di hadapan dolar AS. Minggu ini, rupiah terdepresiasi 0,35% secara point-to-point. Dolar AS sudah berada di atas Rp 14.400 tepatnya di level Rp 14.420/USD.
Koreksi rupiah sejatinya sangat disayangkan karena terjadi di kala dolar AS sedang loyo sehingga mata uang Garuda gagal mengambil kesempatan. Tercatat selama sepekan terakhir dolar indeks yang mencerminkan kekuatan uang melawan berberapa basket mata uang dunia sudah melemah 0,54%.
Untuk pekan ini, rilis data terbaru agak sepi pada awal minggu. Baru pada Kamis, 1 Juli 2021, akan ada rilis data yang perlu menjadi perhatian pasar.
Pertama adalah rilis data inflasi periode Juni 2021. Bank Indonesia (BI) dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) pekan keempat memperkirakan inflasi bulan ini sebesar -0,11% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ada deflasi, yang jika terwujud akan menjadi yang pertama sejak September tahun lalu.
Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 1,38%. Kemudian inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) adalah 0,79%.
"Penyumbang utama deflasi Juni 2021 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas cabai merah -0,10% (mtm), daging ayam ras -0,08% (mtm), tarif angkutan antarkota -0,06% (mtm), cabai rawit -0,04% (mtm), bawang merah -0,02% (mtm), daging sapi, kelapa, tomat, udang basah dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami inflasi, antara lain telur ayam ras sebesar 0,03% (mtm) emas perhiasan sebesar 0,02% (mtm) minyak goreng, sawi hijau, kacang panjang, nasi dengan lauk dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm)," jelas laporan BI.
Inflasi yang rendah akan membuat BI nyaman untuk mempertahankan suku bunga acuan. Agak sulit untuk berharap suku bunga turun, karena tekanan yang dihadapi rupiah akhir-akhir ini. Namun dengan inflasi yang rendah, MH Thamrin belum perlu untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate.
Kemudian pada hari yang sama akan dirilis data aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI). Ada kemungkinan PMI manufaktur Indonesia akan kembali naik dan menyentuh rekor tertinggi baru.
"Pemesanan terhadap produk manufaktur akan tetap tinggi. Penyaluran gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pada bulan ini akan menjadi bantalan peningkatan konsumsi masyarakat," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan rupiah dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, rupiah berada di area batas tengah dengan BB yang kembali melebar maka pergerakan rupiah selanjutnya cenderung sideways.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 14.500. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 14.304.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 63 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli ataupun jenuh jual sehingga pergerakan rupiah cenderung netral alias sideways.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas tengah dan kembali melebar, maka pergerakan rupiah selanjutnya cenderung terbatas. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang netral.
Rupiah perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya