Newsletter

Corona RI Jadi Pusat Perhatian, Bagaimana Pasar Hari Ini?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 June 2021 06:06
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan pekan lalu, pasar keuangan Indonesia bergerak beragam. Indeks Harga Saham Gabungan bergerak cukup positif sementara nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah dan pasar surat berharga negara (SBN) bergerak mixed.

Secara rinci, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu masih cukup baik, yakni menguat 0,25% ke level 6.022,399. Data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 703,34 miliar pada pekan lalu.

Namun demikian, di pasar tunai dan negosiasi terdapat aksi beli besar-besaran. Nilai totalnya mencapai Rp 2,03 triliun.

Nilai transaksi IHSG pada pekan lalu mencapai Rp 57,3 triliun, yang didapat dari perdagangan 100 miliar saham sebanyak lebih dari 5,8 juta kali. Sebanyak 225 saham menguat, 266 lain melemah, dan 156 sisanya stagnan.

Berikut pergerakan IHSG pada pekan lalu.

Sedangkan kinerja rupiah bisa dikatakan kurang beruntung pada pekan lalu, di mana mata uang Garuda bergerak tak karuan melawan mata uang dunia. Artinya, rupiah melemah terhadap mayoritas mata uang dunia.

Melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah melemah 0,35% ke Rp 14.420/US$ secara point-to-point. Lonjakan kasus virus corona (Covid-19) hingga mencetak rekor di Indonesia membuat rupiah sulit untuk menguat.

Berikut pergerakan rupiah melawan dolar AS pada pekan lalu.

Sementara itu, pergerakan pasar SBN pada pekan lalu terpantau bergerak variatif, dengan koreksi imbal hasil (yield) surat utang tenor pendek, sementara tenor panjang menguat. Pemodal masih optimistis melihat prospek ekonomi meski diperberat risiko pandemi Covid-19.

Mengacu pada data Refinitiv, terlihat bahwa sepanjang pekan ini surat berharga negara (SBN) berjatuh tempo 10 tahun, yang menjadi acuan harga obligasi pemerintah, mencetak kenaikan imbal hasil sebesar 5,1 basis poin (bp) menjadi 6,527%.

Imbal hasil (yield) berlawanan dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang melemah, demikian juga sebaliknya.

Berikut pergerakan yield SBN acuan tenor 10 tahun pada pekan lalu.

Pada pekan lalu, pasar dalam negeri didominasi oleh sentimen negatif dari perkembangan pandemi Covid-19 RI. Lonjakan kasus Covid-19 kembali mencetak rekornya pada pekan lalu.

Tidak sekedar mencetak rekor, lonjakan tajam bahkan terjadi, rekor sebelumnya berada di kisaran 15.000 kemudian langsung pecah lagi di atas 20.000 kasus per hari.

Sabtu (26/6/2021) lalu, kasus Covid-19 kembali mencetak rekor penambahan per hari sebanyak 21.905 orang positif, memecahkan rekor sebelumnya 20.574 yang dicetak pada Kamis (24/6/2021) lalu.

Total kasus Covid-19 di RI kini mencapai 2.093.962 orang, dengan kasus aktif sebanyak 194.776 orang.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 13.748 orang per hari. Melonjak dibandingkan 110% rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.540 orang saban harinya.

Yang lebih mengkhawatirkan, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur Rumah Sakit (RS) memasuki masa kritis. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kabar tersebut tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar finansial, apalagi DKI Jakarta kemarin mencatat rekor penambahan kasus sebanyak 7.505, ada kemungkinan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat akan diterapkan. Hal tersebut tentunya berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi.

Namun, sentimen negatif dari perkembangan pandemi Covid-19 di RI tak sepenuhnya mempengaruhi kinerja IHSG dan SBN.

Hal ini karena IHSG di dorong oleh sentimen positif dari Amerika Serikat (AS), yakni komentar bos bank sentral AS, Jerome Powell di depan Kongres AS yang menyatakan bahwa tekanan inflasi di Negara Adidaya tersebut bersifat temporer, dan pihaknya tidak bakal mengacu pada inflasi tersebut dalam penentuan penaikan Fed Funds Rate.

Selain itu, IHSG juga terdorong dari salah satu sentimen positif dari dalam negeri, di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street bergerak positif pada pekan lalu. Secara point-to-point, Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 3,44%, S&P 500 melonjak 2,74%, dan Nasdaq Composite menguat 2,35%.

Bursa AS pulih pada pekan ini karena investor menyambut positif dari pernyataan bos bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell. Ia mengisyaratkan tidak ada rencana mendadak dalam kebijakan mereka.

"Fed mengindikasikan optimisme tentang inflasi," kata Chris Low dari FHN Financial dikutip dari Reuters.

"Saat ini, tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti mana yang lebih dekat dengan kebenaran." tambah Low.

Pelaku pasar di AS sebelumnya khawatir dengan sikap The Fed yang mulai hawkish, di mana The Fed mengindikasikan kenaikan suku bunga acuan bisa lebih cepat dari sebelumnya pada tahun 2023 dan inflasi tahun ini bakal lebih tinggi, mencapai 3% lebih.

Sementara itu pada pekan lalu, pelaku pasar menyambut gembira sejumlah rilis data ekonomi yang positif.

US Bureau of Economic Analysis melaporkan angka pembacaan final pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2021 adalah 6,4% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), tidak berubah dibandingkan pembacaan sebelumnya.

Kemudian Kementerian Ketenagakerjaan AS merilis jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 19 Juni 2021 turun 7.000 menjadi 411.000. Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 380.000.

Lalu Kementerian Perdagangan. AS mencatat pembelian barang modal inti (di luar pesawat terbang) pada Mei 2021 tumbuh 0,9% dibandingkan bulan sebelumnya. Pemesanan barang modal inti atau core capital goods adalah indikator yang mencerminkan ekspansi dunia usaha.

Tekanan inflasi yang dialami AS saat ini disebabkan oleh peningkatan permintaan yang belum bisa diimbangi oleh kecepatan produksi. Ekspansi dunia usaha diharapkan mampu mempersempit jarak itu sehingga tekanan harga bisa diminimalisasi.

"Produktivitas akan meningkat. Sepertinya musim panas ini bakal 'panas' untuk perekonomian AS," ujar Lydia Boussour, Lead US Economist di Oxford Economics yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Pada pekan ini, Pasar masih memantau nasib stimulus infrastruktur. Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Gedung Putih bakal meneken kesepakatan infrastruktur dengan senator bipartisan-sebutan untuk politisi yang duduk semeja meski beda partai.

Paket stimulus senilai US$ 1 triliun itu bakal melaju ke Kongres jika kedua belah pihak menyepakati, termasuk di antaranya belanja transportasi seperti jalan, jembatan, rel kereta, infrastruktur mobil listrik senilai US$ 579 miliar.

Perkembangan pandemi Covid-19 di RI semakin mengkhawatirkan dan masih menjadi perhatian pasar di dalam negeri, di mana kasus aktif Covid-19 kian hari makin bertambah besar setiap harinya.

Per 27 Juni 2021, Kementerian Kesehatan mencatat pasien positif corona berjumlah 2.093.962 orang. Bertambah 21.095 orang, rekor penambahan kasus harian sejak pasien pertama diumumkan pada 1 Maret 2020.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 13.748 orang per hari. Melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 6.540 orang setiap harinya.

Hal yang juga mengerikan adalah angka kasus aktif, yaitu pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun karantina mandiri. Data ini menggambarkan seberapa berat beban yang ditanggung sistem pelayanan kesehatan.

Per 26 Juni 2021, jumlah kasus aktif hampir mencapai 200.000 tepatnya 194.776 orang. Ini adalah rekor tertinggi.

Kasus aktif kemarin bertambah 13.341 orang. Lagi-lagi, rekor penambahan kasus aktif dalam sehari.

Data ini memberi konfirmasi bahwa sistem pelayanan kesehatan di Indonesia menanggung beban yang sangat berat. Di sejumlah rumah sakit, kamar sudah tidak mampu lagi menampung pasien sehingga yang baru datang terpaksa menjalani perawatan di tenda darurat.

Tenaga kesehatan pun pontang-panting merawat pasien yang jumlahnya semakin bertambah. Mengutip catatan Bank Dunia, rasio dokter per 1.000 penduduk di Indonesia pada 2018 hanya 0,43. Ini adalah yang terendah di antara negara-negara tetangga.

Beban berat yang ditanggung oleh pekerja medis dan sistem pelayanan kesehatan, plus penularan virus yang semakin cepat akibat kehadiran varian baru, membuat desakan untuk memperketat pembatasan aktivitas dan mobilitas masyarakat semakin mengemuka. Wacana karantina wilayah (lockdown) atau kebijakan yang lebih ketat dari sekarang kembali muncul, bahkan semakin kencang.

"Sebenarnya di luar negeri juga tidak ada, (lockdown) hanya istilah. Kita lakukan pengetatan saja, do something. Tidak usah ribut dengan istilah," tegas Pandu Riono, Epidemiolog dari Universitas Indonesia.

Apabila pandemi Covid-19 semakin tidak terkendali, maka masa depan ekonomi Indonesia bakal sangat tidak pasti. Soalnya, pengetatan aktivitas dan mobilitas publik akan membuat 'roda' ekonomi tidak bisa berputar cepat.

"(Kasus Covid-19) Jakarta cukup tinggi dan beberapa daerah. Ini akan mempengaruhi kuartal II karena sampai Juni.

"Jadi Covid-19 harus dikendalikan. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa menormalisasi apapun, pendidikan, kegiatan keagamaan, dan lain-lain," papar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, baru-baru ini.

Oleh karena itu, pagebluk Covid-19 bukan krisis kesehatan dan kemanusiaan. Virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini juga bakal menghancurkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Malacca Trust Wuwungan Insurance Tbk (09:00 WIB).
  2.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (09:00 WIB)
  3.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Champion Pacific Indonesia Tbk (10:00 WIB)
  4.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indointernet Tbk (10:00 WIB)
  5.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (10:00 WIB)
  6.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indomobil Multi Jasa Tbk (13:00 WIB)
  7.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Asuransi Kresna Mitra Tbk (14:00 WIB)
  8.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (14:00 WIB)
  9.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bumi Resources Minerals Tbk (14:00 WIB)
  10.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Citatah Tbk (14:00 WIB)
  11.   Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Indomobil Sukses Makmur Tbk (15:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2021 YoY)

-0,74%

Inflasi (Mei 2021, YoY)

1,68%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (April 2021)

3,5%

Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2021)

-5,17% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2021)

-0,4% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2020)

US$ 4,1 miliar

Cadangan Devisa (Mei 2021)

US$ 136,39 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular