
Suku Bunga Bisa Naik di 2022, Spekulan Malah Buang Dolar AS!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) melesat tajam pada pekan lalu pascapengumuman kebijakan moneter bank sentralnya (Federal Reserve/The Fed). Tetapi, di pekan ini, mata uang Paman Sam ini perlahan-lahan mulai turun lagi.
Sepanjang pekan lalu, indeks dolar AS melesat 1,8% ke 92,346, level terkuat sejak awal April. Namun, di awal pekan ini indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,35%, dan kemarin minus lagi 0,16%. Pada perdagangan hari ini, Rabu (23/6/2021) sore penurunan masih berlanjut meski kurang dari 0,1%.
Pada Kamis pekan lalu, The Fed memberikan proyeksi kenaikan suku bunga lebih cepat dari sebelumnya, yang membuat dolar AS melesat naik. Tetapi yang menarik, para spekulan justru semakin banyak "membuang" dolar AS dengan meningkatkan posisi jual bersih (net sell).
Data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan posisi jual bersih dolar AS meningkat menjadi US$ 18,99 miliar di pekan yang berakhir 15 Juni, naik dari pekan sebelumnya US$ 17,66 miliar.
Posisi net sell tersebut merupakan kontrak perdagangan mata uang antara dolar AS melawan yen Jepang, euro, poundsterling, franc, dolar Kanada dan dolar Australia.
Sementara jika memasukkan dolar Selandia baru, peso Meksiko, real Brasil dan ruble Rusia, nilai net sell dolar AS sebesar US$ 19,06 miliar, naik dari pekan sebelumnya US$ 18,35 miliar.
Namun, patut diingat, data terbaru dari CFTC yang dirilis hari Senin (21/6/2021) merupakan data sebelum The Fed mengumumkan kebijakan moneter pada 16 Juni lalu (17 Juni waktu Indonesia). Artinya, bagaimana dampak pengumuman kebijakan The Fed terhadap posisi para spekulan terhadap dolar AS baru akan lebih jelas pada rilis CFTC pekan depan.
Tetapi, peningkatan nilai net sell tersebut cukup menarik, sebab dalam beberapa pekan sudah santer beredar ekspektasi The Fed akan melakukan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) lebih cepat dari proyeksi sebelumnya.
Ekspektasi tersebut seharusnya membuat dolar AS menguat, seperti yang terjadi di tahun 2013, dan spekulan mengurangi posisi jual bersihnya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga, Tetapi Kurang Tegas