Terkerek Data Inflasi, Kurs Dolar Singapura Naik ke Rp 10.745

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 June 2021 15:47
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura sekali lagi menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi setelah merosot akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Alhasil, dolar Singapura kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (23/6/2021).

Pada pukul 14:33 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.745,15, dolar Singapura menguat 0,4% di pasar spot, melansir data dari Investing.

Data yang dirilis dari Negeri Merlion hari ini menunjukkan inflasi yang kembali naik. Inflasi inti di bulan Mei dilaporkan tumbuh 0,8% dari Mei 2020 atau secara year-on-year (YoY). Inflasi inti tersebut kini sudah naik 4 bulan beruntun, dan berada di level tertinggi sejak Juni 2019.

Sebelumnya pada pekan lalu, ekspor non-minyak Singapura di bulan Mei melesat 8,8% YoY, lebih tinggi dari kenaikan bulan sebelumnya 6% YoY.

Barang non-elektronik menjadi pendorong pertumbuhan ekspor Singapura di bulan Mei. Tercatat, ekspor non-elektronik naik 8,1% dibandingkan kenaikan bulan sebelumnya 4,7%.

Jika dilihat lebih detail lagi, ekspor mesin meroket 58%, menjadi yang terbesar dari barang non-elektronik, disusul petrokimia 56%.

Peningkatan tajam ekspor Singapura menjadi indikasi perekonomian global sudah mulai membaik, setelah dihantam pandemi Covid-19.

Ekspor sangat penting bagi Singapura, karena merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB).

Pada 2019, rasio ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura adalah 104,91%. Singapura menjadi negara dengan rasio ekspor terhadap PDB terbesar di dunia. Artinya, ketika ekspornya mulai pulih, maka pertumbuhan ekonomi juga akan bangkit.

Kenaikan ekspor non-minyak yang akan mendorong pertumbuhan PDB tersebut sejalan dengan survei yang dilakukan Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) terhadap para ekonom menunjukkan proyeksi PDB tumbuh 6,5% di tahun ini. Proyeksi tersebut jauh lebih tinggi ketimbang survei bulan Maret sebesar 5,8%.

Meski para ekonom yang disurvei tersebut menaikkan proyeksinya, tetapi pendapat tersebut bukan merupakan proyeksi MAS.

Proyeksi kenaikan PDB tersebut ditopang ekspor non-minyak yang diprediksi tumbuh 7,5% di tahun ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya 6,9%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular