
Bursa Asia Dibuka Cerah Bergairah, Hang Seng Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kembali dibuka cerah bergairah pada perdagangan Rabu (23/6/2021), seiring kembali menguatnya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (22/6/2021) waktu setempat akibat pernyataan dari ketua bank sentral AS the Fed.
Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,3%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,81%, Shanghai Composite China naik tipis 0,02%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,3%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,4%.
Risalah dari pertemuan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) periode April yang dirilis hari ini menunjukkan anggota sepakat bahwa langkah-langkah stimulus, terutama di negara maju, dapat menghasilkan laju pemulihan lebih cepat dari yang diharapkan untuk Jepang dan negara-negara lain.
Masih dari Jepang, data pembacaan awal aktivitas manufaktur dan jasa juga telah dirilis pada pagi hari ini.
Berdasarkan data dari Trading Economics, aktivitas manufaktur yang ditandai dengan indeks manajer pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) Jibun Bank periode Juni 2021 sedikit turun menjadi 51,5, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 53.
Sementara untuk data awal PMI Jasa Jepang periode Juni 2021 tercatat tumbuh menjadi 47,2, dari sebelumnya pada Mei lalu di angka 46,5.
Angka PMI di atas 50 mengindikasikan ekspansi, dan di bawah itu menunjukkan kontraksi.
Di lain sisi, saham teknologi di Asia cenderung mengikuti pergerakan saham teknologi di AS yang bergerak positif pada perdagangan Selasa waktu setempat. Di Jepang, saham konglomerat SoftBank Group naik tipis 0,14% sementara Naver Korea Selatan melonjak 6,14%.
Beralih ke Negara Adidaya (AS), bursa Wall Street kembali ditutup positif pada perdagangan Selasa (22/6/2021) waktu setempat, setelah pasar merespons positif dari paparan Ketua bank sentral AS, Jerome Powell pada Selasa malam waktu Indonesia.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) tumbuh 0,2% ke level 33.945,58, S&P 500 menguat 0,51% ke 4.246,49, dan Nasdaq Composite melesat 0,79% ke posisi 14.253,27. Nasdaq menyentuh posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Sentimen yang menggerakkan Wall Street adalah paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan House of Representatives (satu dari dua kamar parlemen yang membentuk Kongres).
Powell menyebut bahwa perekonomian Negeri Paman Sam terus membaik setelah dihantam keras oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pemulihan tersebut membawa dampak berupa tekanan inflasi yang mulai terasa beberapa bulan terakhir. Namun Powell menegaskan inflasi yang tinggi ini akan mereda karena hanya fase peralihan (transitory).
"Ketika dampak fase peralihan di sisi pasokan (supply) ini mereda, maka inflasi diperkirakan kembali menuju 2%," sebut Powell, seperti dikutip dari Reuters.
Akan tetapi, Powell menegaskan tidak semuanya baik-baik saja. Masih ada risiko yang menghantui Negeri Paman Sam.
"Laju vaksinasi melambat dan varian baru virus corona tetap menjadi risiko. The Fed akan melakukan segalanya yang kami bisa untuk mendukung perekonomian sampai benar-benar pulih," tuturnya.
Oleh karena itu, Powell mengungkapkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Percepatan laju inflasi saja tidak cukup untuk memaksa The Fed menaikkan Federal Funds Rate, apalagi inflasi dipandang hanya bersifat sementara.
"Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.
Pernyataan Powell meredakan kekhawatiran pasar mengenai percepatan laju inflasi. Sebelumnya, investor khawatir bahwa inflasi tinggi akan bersifat persisten sehingga The Fed bakal mempercepat pengetatan kebijakan moneter (tapering off).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
