
Dewa Penyelamat Rupiah Hari Ini: Pak Jay!

Powell juga menyinggung soal pasar tenaga kerja. Menurutnya, penciptaan lapangan kerja akan semakin luas seiring cepatnya laju vaksinasi dan pembukaan kembali 'keran; aktivitas masyarakat (reopening).
"Penciptaan lapangan kerja akan meningkat dalam bulan-bulan ke depan. Vaksinasi akan mengurangi dampak krisis kesehatan terhadap ekonomi," lanjut Powell.
Akan tetapi, Powell menegaskan tidak semuanya baik-baik saja. Masih ada risiko yang menghantui Negeri Paman Sam.
"Laju vaksinasi melambat dan varian baru virus corona tetap menjadi risiko. The Fed akan melakukan segalanya yang kami bisa untuk mendukung perekonomian sampai benar-benar pulih," tuturnya.
Oleh karena itu, Powell mengungkapkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Percepatan laju inflasi saja tidak cukup untuk memaksa The Fed menaikkan Federal Funds Rate, apalagi inflasi dipandang hanya bersifat sementara.
"Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.
Pernyataan Powell meredakan kekhawatiran pasar mengenai percepatan laju inflasi. Sebelumnya, investor khawatir bahwa inflasi tinggi akan bersifat persisten sehingga The Fed bakal mempercepat pengetatan kebijakan moneter.
"Powell telah berulang kali menegaska posisinya. Dia tidak banyak berubah," ujar Paul Nolte, Portoflio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, juga dikutip dari Reuters.
Isu taper tantrum yang mereda membuat pelaku pasar lebih tenang memborong aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset aman (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS menjadi tidak menarik karena mengalami penurunan imbal hasil (yield). Untuk tenor 10 tahun, yield US Treasury Bonds turun 10 basis poin (bps) menjadi 1,4599% pada pukul 07:36 WIB.
"Kami masih belum mengubah proyeksi bahwa dolar AS akan menjalani tren pelemahan. The Fed belum mengirim sinyal hawkish lagi, Ketua Powell kembali mengubur kemungkinan tapering. The Fed sepertinya masih akan tertinggal di antara negara-negara maju dalam hal mengurangi kebijakan akomodatif," sebut riset Well Fargo.
Oleh karena itu, ada ruang bagi rupiah untuk kembali menguat. Apalagi dalam sebulan terakhir mata uang Ibu Pertiwi masih melemah 0,35% secara point-to-point di hadapan dolar AS. Ruang untuk technical rebound masih terbuka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)