Dewa Penyelamat Rupiah Hari Ini: Pak Jay!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 June 2021 09:20
Ilustrasi pecahan uang 75.000. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Meredanya isu pengetatan kebijakan atau tapering off oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) membuat rupiah punya ruang untuk terapresiasi.

Pada Rabu (23/6/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.400. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun beberapa menit kemudian rupiah bisa menguat. Pada pukul 09:18 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.390 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,17% terhadap dolar AS. Ini menjadi penguatan pertama setelah mata uang Tanah Air melemah selama enam hari perdagangan beruntun.

Hari ini, rupiah sepertinya masih mampu melanjutkan perjalanan di jalur hijau. Pasalnya, situasi eksternal sedang kondusif.

Dini hari tadi waktu Indonesia, Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell memberikan paparan di hadapan House of Representatives (salah satu dari dua kamar parlemen yang membentuk Kongres). Pengganti Janet Yellen itu kembali menegaskan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam terus membaik setelah dihantam keras oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pemulihan tersebut membawa dampak berupa tekanan inflasi yang mulai terasa beberapa bulan terakhir. Namun Powell menegaskan inflasi yang tinggi ini akan mereda karena hanya fase peralihan (transitory).

Saat ini, permintaan meningkat pesat tetapi belum bisa dibarengi oleh kecepatan dunia usaha dalam menghasilkan barang dan jasa. Nantinya, dunia usaha akan mampu beradaptasi sehingga bisa memenuhi lonjakan permintaan.

"Ketika dampak fase peralihan di sisi pasokan (supply) ini mereda, maka inflasi diperkirakan kembali menuju 2%," sebut Powell, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Jay Powell Tenangkan Pasar

Powell juga menyinggung soal pasar tenaga kerja. Menurutnya, penciptaan lapangan kerja akan semakin luas seiring cepatnya laju vaksinasi dan pembukaan kembali 'keran; aktivitas masyarakat (reopening).

"Penciptaan lapangan kerja akan meningkat dalam bulan-bulan ke depan. Vaksinasi akan mengurangi dampak krisis kesehatan terhadap ekonomi," lanjut Powell.

Akan tetapi, Powell menegaskan tidak semuanya baik-baik saja. Masih ada risiko yang menghantui Negeri Paman Sam.

"Laju vaksinasi melambat dan varian baru virus corona tetap menjadi risiko. The Fed akan melakukan segalanya yang kami bisa untuk mendukung perekonomian sampai benar-benar pulih," tuturnya.

Oleh karena itu, Powell mengungkapkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Percepatan laju inflasi saja tidak cukup untuk memaksa The Fed menaikkan Federal Funds Rate, apalagi inflasi dipandang hanya bersifat sementara.

"Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.

Pernyataan Powell meredakan kekhawatiran pasar mengenai percepatan laju inflasi. Sebelumnya, investor khawatir bahwa inflasi tinggi akan bersifat persisten sehingga The Fed bakal mempercepat pengetatan kebijakan moneter.

"Powell telah berulang kali menegaska posisinya. Dia tidak banyak berubah," ujar Paul Nolte, Portoflio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, juga dikutip dari Reuters.

Isu taper tantrum yang mereda membuat pelaku pasar lebih tenang memborong aset-aset berisiko. Sebaliknya, aset aman (safe haven) seperti obligasi pemerintah AS menjadi tidak menarik karena mengalami penurunan imbal hasil (yield). Untuk tenor 10 tahun, yield US Treasury Bonds turun 10 basis poin (bps) menjadi 1,4599% pada pukul 07:36 WIB.

"Kami masih belum mengubah proyeksi bahwa dolar AS akan menjalani tren pelemahan. The Fed belum mengirim sinyal hawkish lagi, Ketua Powell kembali mengubur kemungkinan tapering. The Fed sepertinya masih akan tertinggal di antara negara-negara maju dalam hal mengurangi kebijakan akomodatif," sebut riset Well Fargo.

Oleh karena itu, ada ruang bagi rupiah untuk kembali menguat. Apalagi dalam sebulan terakhir mata uang Ibu Pertiwi masih melemah 0,35% secara point-to-point di hadapan dolar AS. Ruang untuk technical rebound masih terbuka.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular