Analisis

IHSG Meroket Nyaris 2%, Jangan-jangan Sudah 'Kebal' Corona?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 June 2021 14:34
Penyekatan Arus Balik (CNBC Indonesia/Muhammmad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup semarak pada perdagangan sesi I Selasa (22/6/2021). Indeks saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 1,51% ke level 6.086,95. Di awal sesi II, IHSG melesat 1,8%, nyaris 2% ke 6.104.

IHSG pun kembali berada di atas level psikologis 6.000 sejak pembukaan pasar hari ini. 

Data perdagangan sesi I, mencatat sebanyak 321 saham menguat, 182 saham melemah dan 120 lainnya stagnan. Nilai transaksi pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 6,9 triliun.

Namun, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 200 miliar di pasar reguler pada perdagangan sesi I hari ini.

Dalam sepekan terakhir, IHSG hanya melemah tipis 0,03%. Sementara dalam sebulan terakhir, IHSG telah melesat 5,44%. Jika dilihat dari historisnya, pada periode yang sama (Juni) tahun lalu, IHSG juga melesat melesat hingga 3,19%.

Sebelum kembali melesat pada perdagangan sesi I, beberapa hari sebelumnya IHSG sempat melemah, bahkan lebih parah hingga mencapai 2%. Hal ini karena adanya sentimen negatif dari kekhawatiran investor terkait kenaikan kasus virus corona (Covid-19).

Per 21 Juni 2021, jumlah pasien positif corona sudah menembus 2 juta orang, tepatnya 2.004.445 orang. Bertambah 14.536 orang (0,73%) dibandingkan sehari sebelumnya, kenaikan harian tertinggi sejak virus corona mulai mewabah di Indonesia.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 10.101 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 5.850 orang setiap harinya.

Laju pertumbuhan kasus pun semakin cepat. Selama dua pekan terakhir, rata-rata penambahan pasien baru adalah 0,52% per hari. Jauh lebih cepat ketimbang rerata dua minggu sebelumnya yaitu 0,32% saban harinya.

Perkembangan ini memaksa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengetatkan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Di zona merah, perkantoran diharapkan menerapkan kerja dari rumah (work from home) hingga 75% dan zona lainnya minimal 50%.

Kemudian warung makan, restoran, kafe, hingga pusat perbelanjaan alias mal kini wajib tutup pukul 20:00. Jumlah pengunjung lebih dibatasi yaitu 25% dari kapasitas.

Sementara rumah ibadah di zona merah ditutup sementara. Demikian pula dengan fasilitas publik seperti taman, tempat wisata, dan sebagainya. Sedangkan di zona kuning dan hijau, boleh dibuka dengan kapasitas maksimal 25%.

Di zona merah, warga dilarang untuk berkumpul lebih dari tiga orang. Warga juga tidak boleh keluar-masuk wilayah RT zona merah setelah pukul 20:00.

Namun kabar baik disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.

"Saya harapkan semua daerah bisa memperbanyak, meningkatkan vaksinasinya, sehingga kecepatan vaksinasi di sektor jasa keuangan segera mencapai herd immunity paling tidak bulan Agustus," jelas Jokowi saat meninjau vaksinasi massal pelaku sektor jasa keuangan di Tennis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (16/6/2021).

NEXT: Kenapa IHSG Mulai 'Kebal'?

Hari ini, IHSG cenderung mengikuti pergerakan pasar saham regional (Asia) yang bergerak di zona hijau dan Amerika Serikat (AS) yang juga ditutup cerah.

Kekhawatiran pasar akan sikap dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai hawkish pun mereda. Pasar merespons positif dari salah satu komentar Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari.

"Mayoritas warga AS ingin pekerjaan, saya belum siap untuk meninggalkan mereka. Saya ingin memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Selama laju inflasi masih terjangkar, marilah bersabar sampai benar-benar tercipta pembukaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," papar Kashkari di media yang sama.

Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.

Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.

Kashkari termasuk golongan minoritas anggota FOMC yang masih mempertahankan sikap dovish. Menurutnya, suku bunga acuan tidak perlu naik sampai akhir 2023.

Suku bunga rendah akan merangsang dunia usaha untuk berekspansi sehingga menciptakan lapangan kerja bagi rakyat AS yang masih menganggur akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Saya rasa Bapak Ketua (Jerome 'Jay' Powell) sudah menyampaikan dengan jelas. Kami sedang menjalani tahap diskusi dan melihat data untuk membuat penyesuaian kebijakan yang hati-hati," kata Kashkari.

Akankah melesatnya IHSG pada bulan ini karena faktor herd immunity atau faktor lainnya seperti ekspektasi pasar terhadap pemulihan ekonomi RI?

Memang tanda-tanda ekonomi RI mulai pulih. Salah satunya yakni penjualan ritel yang mampu tumbuh positif pada April 2021. Ini adalah pertumbuhan positif pertama setelah terjadi kontraksi (pertumbuhan negatif) selama 16 bulan beruntun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 15,6% dari April 2020 (year-on-year/yoy).

Kali terakhir penjualan ritel mampu tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Artinya, kontraksi sudah terjadi selama 16 bulan beruntun.  

Namun, ancaman dari kenaikan kasus Covid-19 RI baru-baru ini yang memberlakukan pembatasan kembali mungkin saja dapat merubah kembali posisi positif penjualan ritel RI.

Sementara itu, Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 akan tumbuh positif. Terbaru, prediksi itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.

Namun demikian, ekonom memperingatkan situasi berbeda bisa terjadi pada kuartal III. Sebab, ada potensi perekonomian tumbuh negatif.

"Triwulan II 2021 hampir pasti pertumbuhan positif. Tetapi kalau pandemi ini gak bisa dikendalikan, kita gak ada jaminan bahwa triwulan III 2021 ini tidak kembali negatif," ujar ekonom senior INDEF Enny Sri Hartati dalam wawancara bersama CNBC Indonesia seperti ditulis, Minggu (20/6/2021).

Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa dipastikan positif karena indikator bulan April dan Mei sudah bisa ditebak. Salah satunya karena adanya momentum hari raya. Lebih lanjut, dia menyampaikan jika ekonomi pada kuartal II-2021 bisa tumbuh sampai 7%.

Jadi dapat dikatakan bahwa hari ini IHSG berhasil menguat karena dorongan dari pasar saham Amerika Serikat (AS) dan Asia yang mayoritas menguat.

Oleh karena itu, mungkin saja pada perdagangan beberapa hari lalu pelemahan IHSG hanya bersifat sementara karena panic selling investor akibat kenaikan kasus Covid-19 di RI, jika dilihat dari pergerakan historis IHSG selama setahun terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular