
Sesi I IHSG Melesat 1,5%, 321 Saham Naik! Asing Obral Rp200 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup cerah bergairah pada perdagangan sesi I Selasa (22/6/2021). Indeks saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 1,51% ke level 6.086,95.
IHSG pun kembali berada di atas level psikologis 6.000 sejak pembukaan pasar hari ini.
Data perdagangan mencatat sebanyak 321 saham menguat, 182 saham melemah dan 120 lainnya stagnan. Nilai transaksi pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 6,9 triliun.
Namun, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 200 miliar di pasar reguler pada perdagangan sesi I hari ini.
Investor asing melakukan penjualan bersih di saham PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) sebesar Rp 38 miliar. Selain di saham MTDL, asing juga tercatat melepas saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 31 miliar.
Sedangkan pembelian bersih dilakukan asing di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang dikoleksi sebesar Rp 35 miliar dan di saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebesar Rp 19 miliar.
Penguatan IHSGÂ pada perdagangan sesi I cenderung mengikuti pergerakan pasar saham Asia yang secara mayoritas bergerak di zona hijau dan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga ditutup cerah pada perdagangan Senin (21/6/2021) waktu setempat.
Kekhawatiran pasar global akan sikap dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mulai hawkish pun mereda. Pasar merespons positif dari salah satu komentar Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari.
"Mayoritas warga AS ingin pekerjaan, saya belum siap untuk meninggalkan mereka. Saya ingin memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Selama laju inflasi masih terjangkar, marilah bersabar sampai benar-benar tercipta pembukaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," papar Kashkari di media yang sama.
Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.
Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.
Kashkari termasuk golongan minoritas anggota FOMC yang masih mempertahankan sikap dovish. Menurutnya, suku bunga acuan tidak perlu naik sampai akhir 2023.
Suku bunga rendah akan merangsang dunia usaha untuk berekspansi sehingga menciptakan lapangan kerja bagi rakyat AS yang masih menganggur akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
"Saya rasa Bapak Ketua (Jerome 'Jay' Powell) sudah menyampaikan dengan jelas. Kami sedang menjalani tahap diskusi dan melihat data untuk membuat penyesuaian kebijakan yang hati-hati," kata Kashkari.
Sementara itu, kabar baik juga datang dari dalam negeri, di mana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan herd immunity atau kekebalan komunal bisa tercapai pada Agustus 2021 sehingga penyebaran Covid-19 menjadi lebih terbatas.
"Saya harapkan semua daerah bisa memperbanyak, meningkatkan vaksinasinya, sehingga kecepatan vaksinasi di sektor jasa keuangan segera mencapai herd immunity paling tidak bulan Agustus," jelas Jokowi saat meninjau vaksinasi massal pelaku sektor jasa keuangan di Tennis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (16/6/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham