
Depak HMSP, Saham DCII Milik Salim Resmi Masuk 10 Big Cap!

Pada Selasa (15/6/2021) pekan lalu, IHSG sempat menguat cenderung tipis akibat dorongan dari sentimen positif.
Sentimen positif tersebut yakni datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 16,6 miliar, turun 10,25% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM), tetapi melonjak 58,76% dari Mei 2020 (year-on-year/YoY).
Sementara nilai impor Indonesia pada Mei 2021 adalah US$ 14,23 miliar, turun 12,16% dibandingkan bulan sebelumnya MtM tetapi melejit 66,68% dibandingkan Mei 2020 YoY.
Dengan nilai ekspor impor tersebut, neraca perdagangan mencatat surplus US$ 2,37 miliar.
Pada Rabu (16/6/2021) dan Kamis (17/6/2021), IHSG ditutup kembali ke teritorial merah, yakni sama-sama melemah 0,17%, kendati ada kabar baik dari Bank Indonesia (BI).
Pada hari itu, BI memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG). Keputusan yang sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17Juni 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam konferensi pers usai RDG, Kamis (17/6/2021).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%. Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus sepakat bulat, tidak ada yang mbalelo.
Namun pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (18/6/2021), IHSG mulai tidak bertenaga, di mana IHSG ditutup ambruk 1.01% ke level 6.007,12 pada Jumat di tengah kenaikan kasus Covid-19 di Tanah Air.
Sejatinya IHSG sempat terkoreksi lebih dari 2% dan keluar dari level 6.000 akan tetapi secara heroik IHSG memangkas koreksi di sesi 2.
Kabar buruk dari dalam negeri seputar penanganan pandemi. Per Kamis kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan total pasien positif Covid-19 di Tanah Air mencapai 1.950.276 orang, bertambah 12.624 orang dari hari sebelumnya, menjadi kenaikan harian tertinggi sejak 30 Januari 2021.
Perkembangan ini membuat rata-rata tambahan pasien positif dalam 14 hari terakhir menjadi 8.082 orang per hari. Melonjak dibandingkan rata-rata 14 hari sebelumnya yaitu 5.588 orang setiap harinya.
Fasilitas Kesehatan di Indonesia pun diprediksi bisa tumbang dalam waktu 2-4 minggu. Ini dapat terjadi jika pengendalian pandemi tanah air tidak diperketat.
Jika kondisinya tak terkendali, maka pemerintah berpeluang melakukan pengetatan aktivitas masyarakat, yang bakal berujung pada tersendatnya kembali aktivitas ekonomi dan memicu kontraksi berkelanjutan pada kuartal II-2021.
"Jika tak ada containment, tidak ada pengendalian yang tepat dan cepat saya bisa katakan 2 minggu sampai 1 bulan lagi kita sudah akan kolaps," kata Kabid Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Masdalina Pane di kanal Youtube BNPB, Kamis (17/6/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
