Melemah Lagi, Rupiah Tak Kuasa Melawan Badai Corona

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2021 09:20
ilustrasi uang
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Dari sisi eksternal, isu pengetatan kebijakan atau tapering off oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sebenarnya mulai mereda. Neel Kashkari, Presiden The Fed Minneapolis, meredam kekhawatiran pasar dengan menegaskan bahwa para pengambil keputusan di The Fed belum sepakat bulat soal tapering.

"Mayoritas warga AS menginginkan pekerjaan, saya belum siap untuk meninggalkan mereka. Saya ingin memberi kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Selama laju inflasi masih terjangkar, marilah bersabar sampai benar-benar tercipta pembukaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment)," papar Kashkari dalam wawancara dengan Reuters.

Pekan lalu, The Fed menggelar rapat bulanan dengan hasil suku bunga acuan tetap bertahan di 0-0,25%. Pembelian surat berharga (quantitative easing) juga masih tetap US$ 120 miliar per bulan.

Namun aura taper tantrum begitu terasa karena nada (tone) The Fed yang lebih hawkish, terlihat di dotplot arah suku bunga acuan. Dalam outlook Maret, ada empat anggota Komite Pembuat Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang menilai suku bunga acuan sudah bisa naik pada 2022. Kemudian tujuh anggota lain berpendapat Federal Funds Rate baru bisa naik pada 2023.

Dalam proyeksi Juni, komposisi ini berubah. Kini ada tujuh anggota FOMC yang menilai suku bunga sudah bisa naik tahun depan dan 13 anggota berpendapat kenaikan Federal Funds Rate terjadi pada 2023.

fedSumber: FOMC

Kashkari termasuk golongan minoritas anggota FOMC yang masih mempertahankan sikap dovish. Menurutnya, suku bunga acuan tidak perlu naik sampai akhir 2023. Suku bunga rendah akan merangsang dunia usaha untuk berekspansi sehingga menciptakan lapangan kerja bagi jutaan rakyat AS yang masih menganggur akibat dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

"Saya rasa Bapak Ketua (Jerome 'Jay' Powell) sudah menyampaikan dengan jelas. Kami sedang menjalani tahap diskusi dan melihat data untuk membuat penyesuaian kebijakan secara hati-hati," kata Kashkari.

Kashkari berpendapat data yang ada saat ini belum cukup untuk secara terang-benderang mengumumkan perubahan kebijakan. Dia menilai setidaknya butuh data sampai September dan bulan-bulan berikutnya untuk menentukan apakah pasar tenaga kerja benar-benar sudah membaik.

Halaman Selanjutnya ---> Badai Corona Mengganas!

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular