
Tahan Banting, Harga Batu Bara Terus Cetak Rekor Tertinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sulit rasanya menggoyang harga batu bara turun. Sampai dengan perdagangan kemarin, harga si batu hitam masih berada di posisi tertingginya sepanjang tahun ini dan dalam hampir satu dekade terakhir.
Harga untuk kontrak batu bara termal ICE Newcastle Juli mengalami apresiasi sebesar 1,76% ke US$ 124,25/ton kemarin, Kamis (17/6/2021).
Kuatnya harga batu bara tak terlepas dari dinamika di pasar global. Salah satu yang masih menjadi perbincangan hangat adalah hubungan antara China dan Australia yang tak kunjung membaik.
China banyak mengimpor batu bara kokas yang digunakan untuk pembuatan baja. Namun hubungannya dengan Negeri Kanguru yang panas membuat Negeri Panda lebih memilih memboikot impor batu bara metalurgi dari India dan beralih ke pemasok lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Meskipun China harus membayar lebih mahal tetapi kebijakan tersebut masih berlaku sampai sekarang. China tak terima atas desakan Australia untuk mengusut tuntas asal-usul Covid-19 seolah memojokkan China sebagai biang kerok pandemi global yang terjadi sampai saat ini.
Argus melaporkan, ekspor batu bara kokas AS dan Kanada ke China dan Eropa naik pada kuartal pertama tahun 2021 tetapi kalah Australia di pasar lain di tengah memburuknya hubungan China-Australia.
Ekspor batubara kokas AS kuartal pertama turun 11,3% menjadi 9,39 juta ton, sementara Kanada turun 35% menjadi 6,97 juta ton. Ekspor AS ke China naik lebih dari lima kali lipat menjadi 2,11 juta ton, sementara Kanada naik 51% menjadi 2,3 juta ton.
Pengiriman AS ke Uni Eropa naik 8,6% menjadi 3,94 juta ton karena adanya restocking. Namun ekspor AS ke semua pasar utama di luar China dan UE turun. Total dalam satu kuartal ada sebanyak 201.334 ton batu bara dikirim dari AS ke Korea. Volume tersebut merupakan yang terendah dalam 12 tahun dan 80% lebih rendah dari tahun lalu.
Pengiriman AS ke Brasil turun 23,2% menjadi 1,45 juta ton, meskipun pengiriman Maret membuat pemulihan parsial pada prospek positif untuk industri baja negara tersebut dengan total pengiriman menjadi 653.740 ton, naik dari 323.733 ton di Februari tetapi masih 17,8% lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Pengiriman AS ke India dan Jepang turun masing-masing 38,4% dan 33% menjadi 714.576 ton dan 716.786 ton, karena kedua negara memanfaatkan peningkatan ketersediaan batu bara Australia.
Sementara itu pengiriman Australia ke India naik 45% secara kuartalan sebesar 15,18 juta ton. Ekspor Australia ke Uni Eropa naik 23,7% menjadi 3,17 juta ton, sebagian besar didorong oleh peningkatan permintaan di Polandia.
Melihat China masih menjadi peluang yang besar, baik AS dan Kanada kini fokus meningkatkan produksi untuk memasok pasar batu bara terbesar di dunia tersebut.
Sentimen perbaikan ekonomi global dan adanya supersiklus komoditas juga membuat pelaku pasar berspekulasi terhadap harga-harga komoditas, tak terkecuali batu bara di tengah adanya disrupsi rantai pasok global akibat Covid-19.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara China Drop, Batu Bara Australia pun Melandai