Ini Sederet Alasan BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 3,5%

Market - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 June 2021 16:12
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2021. (Tangkapan layar Youtube BI) Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2021. (Tangkapan layar Youtube BI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% pada Juni 2021. Selain itu suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga, serta sebagai upaya untuk memperkuat pemulihan ekonomi.

"Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (17/6/2021).

Melihat dinamika terkini global, BI mengungkapkan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk melalui implementasi paket kebijakan terpadu KSSK, guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas juga terus dilakukan untuk mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan, meningkatkan kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas.

BI bersama pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan terus memonitor secara cermat dinamika penyebaran covid-19 dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia.

Perry menegaskan, suku bunga yang rendah akan terus dipertahankan BI, hingga ada tanda-tanda peningkatan inflasi pada tahun depan. BI masih berpegang teguh bahwa The Fed masih akan melakukan tapering off pada 2022 dan kenaikan Fed Fund Rate baru akan naik pada 2023.

"Kami akan tetap pertahankan suku bunga rendah, likuiditas yang longgar dan makroprudensial yang akomodatif sampai ada kenaikan tanda-tanda inflasi dan baru akan terjadi pada awal tahun depan," jelas Perry.

Lebih lanjut, bank sentral mencatat cadangan devisa sebesar US$ 136,4 miliar atau setara pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlahnya di atas standar kecukupan internasional.

Kemudian, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) diperkirakan tetap berada di kisaran 1% sampai 2% pada tahun ini. Sementara, BI mencatat rupiah terdepresiasi 1,32% dibanding akhir Desember 2021.

Lalu, inflasi diklaim tetap terjaga rendah dan berada di kisaran target BI sebesar 3% plus minus 1%. Tercatat, inflasi Mei 2021 sebesar 1,68% secara tahunan atau naik dari posisi April 2021 yang sebesar 1,42%.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jadwal Operasional Bank Indonesia Saat Libur Idul Fitri 2021


(dru)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading