
Xi Jinping 'Ganas', China Usir 50% Lebih Penambang Bitcoin

Jakarta, CNBC Indonesia - China telah lama menjadi rumah bagi lebih dari separuh penambang Bitcoin dunia. Tetapi kini, Negeri Tirai Bambu ingin mereka keluar dari negara itu secepatnya.
Pada Mei, pemerintah menyerukan tindakan keras terhadap penambangan dan perdagangan Bitcoin. Ini memicu, apa yang disebut para penambang kripto (cryptocurrency) "migrasi penambangan yang hebat" di mana 50% lebih 'diusir' dari China.
Meski data tahun 2021 untuk distribusi global tenaga penambangan belum tersedia, tetapi perkiraan sebelumnya menunjukkan 65% hingga 75% penambangan Bitcoin dunia terjadi di China. Sebagian besar penambangan terjadi di empat provinsi China, yakni Xinjiang, Mongolia Dalam, Sichuan, dan Yunnan.
Sichuan dan Yunnan merupakan pusat pembakit listrik tenaga air, kiblat energi terbarukan. Sementara Xinjiang dan Mongolia Dalam adalah rumah bagi banyak pembangkit listrik tenaga batu bara China.
Penarikan penambang telah dimulai di Mongolia Dalam. Setelah gagal memenuhi target iklim Beijing, para pemimpin provinsi memutuskan untuk memberi penambang Bitcoin dua bulan untuk dibersihkan dan secara eksplisit menyalahkan mereka karena kegagalan itu.
Mitra pendiri Castle Island Ventures Nic Carter mengatakan meskipun tidak sepenuhnya jelas bagaimana China akan menangani langkah selanjutnya tapi, kemungkinan aksi ini masih akan berlanjut. "Sepertinya kita beralih dari pernyataan kebijakan (China) ke implementasi aktual dalam waktu yang relatif singkat," katanya, dikutip dari CNBC International.
Cara melihat eksodus penambang diukur adalah dengan melihat hashrate. Itu adalah istilah industri yang digunakan untuk menggambarkan kekuatan komputasi semua penambang di jaringan Bitcoin.
"Mengingat penurunan hashrate, tampaknya instalasi dimatikan di seluruh negeri," lanjut Carter, yang juga berpikir bahwa mungkin 50% hingga 60% dari seluruh hashrate Bitcoin pada akhirnya akan meninggalkan China.
Halaman 2>>