
Gegara The Fed, Dolar Australia Menguat Lagi Lawan Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melanjutkan penguatan melawan rupiah pada perdagangan Selasa (15/6/2021), setelah merosot lebih dari 1% sepanjang pekan lalu. Kehati-hatian pelaku pasar jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) di pekan ini membuat rupiah tertekan.
Pada pukul 11:23 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.979,04, dolar Australia menguat 0,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, Mata Uang Negeri Kanguru ini juga menguat 0,15%.
Bank sentral AS (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar mengantisipasi adanya sinyal tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE), yang berisiko membuat aliran modal keluar dari negara emerging market kembali ke Negeri Paman Sam.
Hal tersebut akan membuat rupiah tertekan, sehingga pelaku pasar berhati-hati. Rupiah yang pekan lalu menguat tajam melawan dolar Australia kini berbalik melemah sejak awal pekan kemarin.
Sementara itu dari Australia, rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentralnya (Reserve bank of Australia/RBA) menunjukkan para anggota dewan setuju masih terlalu dini untuk mengurangi nilai program pembelian aset.
Kebijakan moneter RBA masih akan tetap sangat akomodatif sampai pasar tenaga kerja mencapai full employment.
Tingkat pengangguran Australia saat ini sebesar 5,5% dan telah turun lebih dari 2 poin persentase sejak pertengahan tahun lalu, ketika perekonomian terpukul akibat kebijakan lockdown guna meredam penyebaran virus corona. Data tenaga kerja terbaru akan dirilis pada hari Kamis nanti.
Meski demikian, RBA memperkirakan full employment baru akan dicapai setidaknya di awal 2024. Saat itu terjadi rata-rata upah serta inflasi baru akan mencapai target.
Artinya, meski perekonomian Australia sudah semakin membaik, tetapi suku bunga tidak akan dinaikkan hingga di Australia baru akan dinaikkan pada 2024.
Hal tersebut membuat dolar Australia kembali ke bawah level Rp 11.000/AU$ setelah April lalu menyentuh level tertinggi sejak Juni 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
