
Impor Diramal Meroket 65% & Ekspor 57%, IHSG Naik atau Drop?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lagi-lagi berakhir di zona merah setelah sempat menguat cukup tajam. Kehati-hatian pelaku pasar jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) di pekan ini membuat IHSG galau. Sementara itu, pada Selasa (15/6/2021) data ekspor-impor Indonesia berpotensi membawa IHSG ke zona hijau, sebab diperkirakan meroket tajam.
Berdasarkan polling Reuters, impor diprediksi meroket 65% di bulan Mei dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Sementara ekspor Indonesia diprediksi melesat 57,49% YoY, dengan neraca dagang surplus sebesar US$ 2,3 miliar.
Sementara itu konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor melesat 68,18% YoY. Kalau kejadian, maka ini adalah yang tertinggi sejak Oktober 2008. Ekspor diperkirakan tumbuh 56,145% YoY, dan neraca dagang surplus sebesar US$ 2,13 miliar.
Lonjakan impor bukan berarti hal yang buruk. Memang impor merupakan pengurang dari produk domestik bruto (PDB), tetapi impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan barang modal, yang digunakan untuk kepentingan industri dalam negeri. Artinya, saat impor naik maka industri di dalam negeri kembali menggeliat.
Di sisi lain, kenaikan ekspor menjadi indikasi perekonomian global yang mulai pulih.
Dalam 2 pekan terakhir, serangkaian data ekonomi dari dalam negeri menunjukkan potensi Indonesia lepas dari resesi di kuartal II-2021. Rilis data neraca dagang hari ini, jika sesuai dengan prediksi tersebut tentunya memperkuat kembalinya pertumbuhan ekonomi yang positif.
Secara teknikal, IHSG pada Rabu membentuk pola White Marubozu yang merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali menguat. Tetapi dalam 2 hari terakhir laju kenaikanIHSG selalu tertajan rerata pergerakan 100 hari (Moving Average 100/MA 100) di kisaran 6.110 hingga 6.120. Setelah IHSG berbaik turun dan berakhir melemah.
Artinya, MA 100 menjadi resisten kuat, dan jika mampu ditembus dan IHSG mengakhiri perdagangan di atasnya, maka peluang melaju kencang terbuka lebih lebar. Target terdekat di kisaran 6.175 hingga 6.200.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian bergerak naik dan berada di kisaran 71, masih belum mencapai wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
IHSG kini berada di support terdekat kisaran 6.080, jika ditembus IHSG berisiko turun ke level 6.030 sebelum menuju level psikologis 6.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi