Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mulai mengatur ulang pembobotan indeks saham menggunakan metodologi free float (jumlah saham yang beredar/capped free float adjusted market capitalization weighting) secara bertahap mulai awal Juli mendatang.
Saat ini, mayoritas indeks menggunakan metode pembobotan rata-rata tertimbang atas kapitalisasi pasar (market capitalization weighting).
Dari 38 indeks yang ada di BEI, baru 9 indeks yang sudah menggunakan metodologi free float.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan utama di BEI saat ini masih menggunakan metodologi pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar. IHSG dijadwalkan bakal menggunakan metodologi free float pada 1 Oktober mendatang.
Nantinya, metodologi indeks yang diterapkan pada IHSG akan didasarkan pada porsi saham tanpa warkat (scripless) yang dimiliki oleh pemegang saham publik, yaitu kurang dari 5% dan tidak termasuk saham milik manajemen dan saham treasuri.
Selain itu, berdasarkan metodologi berbasis free float tersebut, setiap saham di IHSG akan dikenakan batasan bobot sebesar 9%. Pengaturan ulang pembobotan indeks ini akan dilakukan dalam tiga tahap.
Tahap pertama terdiri dari 30% saham free float yang akan berlaku pada 1 Oktober 2021. Tahap kedua akan mencakup 60% saham free float pada Januari 2022. Kemudian, tahap akhir akan memasukkan 100% saham free float pada April 2022.
Dalam riset yang terbit pada 7 Juni 2021, Mirae Asset Sekuritas Indonesia berusaha melakukan proforma bobot baru pada setiap saham di IHSG apabila penyesuaian metodologi diterapkan nantinya.
Pembobotan dengan metodologi free float ini akan berdampak pada sedikitnya 30 emiten dengan market cap besar alias big cap, atau sebagian besar merupakan emiten dengan market cap di atas Rp 100 triliun.
NEXT: Dampak ke 30 Emiten Big Cap
Menurut catatan periset Mirae Asset, Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni, dua saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) akan mengalami penyesuaian bobot sampai batas maksimal 9%.
Berdasarkan riset Mirae Asset tersebut, saham BBCA yang memiliki porsi free float 45,3% saat ini memiliki bobot 11,3%. Apabila penyesuaian berlaku, bobot saham BBCA di IHSG akan menyusut 2,3% menjadi 9,0%.
Berbeda, saham BBRI yang saat ini memiliki porsi free float 43,7% dengan bobot 7,4% akan mengalami penyesuaian bobot menjadi 9,0% atau meningkat 1,6%.
Mirae menyajikan daftar 15 saham dengan bobot yang berpotensi naik dan 15 saham dengan bobot yang berpotensi lebih rendah dari saat ini.
 Foto: Riset Mirae Asset Juni 2021 Riset Mirae Asset Juni 2021 |
"Berdasarkan proforma pembobotan baru pada masing-masing saham, 5 saham teratas yang harus mendapatkan kenaikan pembobotan terbesar adalah TLKM, BRIS, ASII, BBRI, dan BANK," jelas tim riset Mirae, dikutip CNBC Indonesia, Senin (14/6/2021).
Sementara itu, 5 besar 'top losers' yang bakal paling banyak kehilangan bobotnya di IHSG ialah BBCA, Unilever Indonesia (UNVR), HM Sampoerna (HMSP), Chandra Asri Petrochemical (TPIA), dan Bayan Resources (BYAN).
 Foto: Riset Mirae Asset Juni 2021 Riset Mirae Asset Juni 2021 |
Sebelumnya, pihak bursa menjelaskan, penyesuaian ulang metodologi pembobotan ini salah satunya untuk memberikan gambar kondisi pasar yang sebenarnya.
"Penerapan metodologi free float ditujukan antara lain untuk memberikan gambaran kondisi pasar yang sesungguhnya, mengurangi beban manajer investasi (MI) dalam melakukan pengelolaan portofolio investasi, serta mendorong perusahaan tercatat untuk menambah porsi saham free float di pasar," kata Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan BEI, Albertus Fajar Subagyo, dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (3/6/2021).
Penerapan metodologi tersebut juga merupakan praktik umum yang dilakukan oleh penyedia jasa indeks bursa-bursa di dunia. Nantinya, seluruh indeks di BEI akan menerapkan metodologi free float.
Sebelumnya, perubahan metodologi penghitungan indeks dari market capitalization weighting menjadi free float ini pernah diterapkan pada Indeks LQ45 dan IDX30 pada tahun 2019.
Sedangkan tujuh indeks lainnya sudah menerapkan free float sejak awal dibuat, seperti pada indeks IDX80, IDX High Dividend 20, IDX Value30, IDX Growth30, IDX Quality30, IDX ESG Leaders, dan IDX MES BUMN 17.
TIM RISET CNBC INDONESIA