
Investor Kembali Koleksi, Harga Mayoritas SBN Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali menguat pada perdagangan Senin (14/6/2021), di tengah sikap investor yang sedang menunggu kebijakan terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Investor sebagian besar mengoleksi kembali SBN hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) SBN acuan di hampir semua tenor. Hanya SBN berjangka pendek 1 tahun yang yield-nya mengalami kenaikan dan cenderung dilepas oleh investor pada hari ini.
Yield SBN bertenor 1 tahun dengan kode FR0061 bertambah 0,3 basis poin (bp) ke 3,523%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat (11/6/2021) akhir pekan lalu di level 3,52%. Sementara itu, yield SBN bertenor 10 tahun dengan kode FR0087 yang merupakan acuan obligasi negara turun signifikan sebesar 7,6 bp ke posisi 6,358% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari Negeri Paman Sam, yield obligasi pemerintah (Treasury) acuan terpantau naik tipis pada Senin waktu AS, jelang dimulainya rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun naik tipis 0,2 basis poin ke level 1,464% pada pra pembukaan (pre-opening) perdagangan pukul 04:15 waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan pasar Jumat (11/6/2021) lalu di level 1,462%.
Rapat FOMC akan digelar pada Selasa dan Rabu pekan ini untuk membahas kebijakan terbaru bank sentral AS. Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell kemudian akan mengadakan konferensi pers terkait kebijakan moneter terbaru pada Rabu (16/4/2021) siang waktu AS.
The Fed diperkirakan tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya pada Rabu mendatang. Namun, investor akan memantau untuk melihat apakah kekhawatiran tentang inflasi akan berdampak pada perkiraannya, terutama mengingat pembacaan indeks harga konsumen (IHK) pada Mei yang lebih 'panas' dari perkiraan sebelumnya.
Selama ekonomi tidak menentu, pasar obligasi masih akan diburu dan sebaliknya, ketika ekonomi dipersepsikan segera membaik maka investor beralih ke saham untuk berburu keuntungan dari pergerakan harga aset (capital gain).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi