Saling Salip, ASII Tinggalkan UNVR & Saat TPIA Tekuk HMSP

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
14 June 2021 12:05
Menara Astra international
Foto: Menara Astra (dok. Astra)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat pada pekan lalu, walaupun penguatannya cenderung menurun dari pekan sebelumnya.

Pekan lalu, IHSG menguat 0,5% secara point-to-point. Pada perdagangan Jumat (11/6/2021) akhir pekan lalu, IHSG melemah 0,2% ke level 6.095,49.

Investor asing tercatat kembali masuk ke bursa saham domestik. Di pasar reguler asing beli bersih (net buy) sebesar Rp 474,74 miliar. Sementara di pasar negosiasi dan tunai ada transaksi senilai Rp 2,19 triliun sehingga total net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp 2,66 triliun.

Pada akhir pekan lalu, total 10 saham berkapitalisasi terbesar Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali turun. Berdasarkan data BEI, total dari 10 besar kapitalisasi pasar saham-sahamĀ big capĀ turun menjadi Rp 2.964 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 2.986 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten11 Juni 2021No.Emiten04 Juni 2021No.Emiten28 Mei 2021
1.Bank Central Asia/BBCA7901.Bank Central Asia/BBCA8031.Bank Central Asia/BBCA774
2.Bank Rakyat Indonesia/BBRI5232.Bank Rakyat Indonesia/BBRI5302.Bank Rakyat Indonesia/BBRI497
3.Telkom/TLKM3443.Telkom/TLKM3473.Telkom/TLKM324
4.Bank Mandiri/BMRI2904.Bank Mandiri/BMRI2834.Bank Mandiri/BMRI268
5.Astra/ASII2145.Unilever/UNVR2165.Unilever/UNVR220
6.Unilever/UNVR2046.Astra/ASII2126.Astra/ASII208
7.Bank Jago/ARTO1787.Bank Jago/ARTO1637.Bank Jago/ARTO167
8.Chandra Asri/TPIA1438.Sampoerna/HMSP1538.Sampoerna/HMSP148
9.Sampoerna/HMSP1409.Chandra Asri/TPIA1409.Emtek/EMTK144
10.Emtek/EMTK13810.Emtek/EMTK13910.Chandra Asri/TPIA135

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (11/6/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas pergerakan big cap pada akhir pekan lalu mengalami penurunan. Hanya empat saham yang market cap-nya mengalami penurunan.

Market cap saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada akhir pekan lalu mencapai Rp 790 triliun, turun sebesar Rp 13 triliun dari pekan sebelumnya yang sebesar Rp 803 triliun.

Selanjutnya, market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga kembali mengalami penurunan, yakni turun menjadi Rp 523 triliun atau turun sebesar Rp 7 triliun.

Pada akhir pekan lalu, tak sedikit saham big cap berpindah posisi. Untuk saham PT Astra International Tbk (ASII) pada akhir pekan lalu berhasil menggeser posisi saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), di mana saham ASII berhasil menduduki posisi ke-5, sedangkan saham UNVR terpaksa tergeser ke posisi 6.

Adapun market cap saham ASII mencapai Rp 214 triliun, naik Rp 2 triliun. Sedangkan market cap saham UNVR pada akhir pekan lalu mencapai Rp 204 triliun atau turun sebanyak Rp 12 triliun.

Tak hanya saham ASII dan UNVR, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dengan saham PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP) juga berpindah posisi. Saham TPIA berhasil menyusuli saham HMSP dan naik ke posisi 8.

Sementara untuk market cap saham TPIA dan HMSP pada akhir pekan lalu tercatat dengan masing-masing sebesar Rp 143 triliun dan Rp 140 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

Pekan lalu, ada tiga rilis data ekonomi penting di dalam negeri, yakni cadangan devisa bulan Mei, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei dan penjualan ritel April.

Untuk cadangan devisa (cadev) bulan Mei mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan perkiraan konsensus. Sementara IKK dan penjualan ritel terpantau naik.

Cadangan devisa Indonesia tercatat mengalami penurunan sebesar US$ 2,4 miliar dari level tertingginya sepanjang masa ke US$ 136,4 miliar. Bank Indonesia (BI) menyebut penurunan cadangan devisa diakibatkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Beralih ke IKK, konsumen mulai optimis dalam memandang perekonomian domestik. Angka IKK naik 2,9 poin menjadi 104,4 dan menjadi pembacaan tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Peningkatan sentimen konsumen juga didukung dengan data penjualan ritel yang meningkat. Setelah 16 bulan tiarap, penjualan ritel Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 15,6% pada April setelah terkontraksi 14,6% di bulan Maret.

Data-data tersebut semakin mengukuhkan bahwa perekonomian Indonesia berada dalam jalur pemulihannya. Tak berlebihan pula jika pada kuartal kedua Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diramal tumbuh positif. Ini menjadi katalis positif untuk aset-aset berisiko seperti saham.

Namun investor kini juga terus mencermati dua faktor yang menjadi ancaman bagi pasar keuangan domestik.

Pertama adalah kenaikan kasus virus corona (Covid-19). Kasus infeksi harian terus naik sejak minggu ketiga bulan lalu. Beberapa hari terakhir kasus baru yang dilaporkan mencapai angka 8.000 per hari.

Peningkatan kasus Covid-19 menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi Indonesia yang belakangan ini sedang bersemi.

Faktor kedua yang juga patut dicermati adalah sentimen terkait pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang dikenal dengan sebutan tapering. Adanya tapering berpotensi membuat capital outflow terjadi dari negara emerging market. Akibatnya pasar keuangan bisa goyang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular