
Harga Batu Bara To The Moon Terus, Pantengin Harga Sahamnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus bergerak to the moon. Di sepanjang pekan lalu harga si batu hitam telah naik 11% ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Pada penutupan perdagangan Jumat (11/6/2021), harga kontrak berjangka batu bara termal acuan global ICE Newcastle naik tipis 0,04% ke US$ 124/ton. Secara konsisten harga batu bara acuan global tersebut uptrend dan berada di atas US$ 100/ton sejak minggu terakhir bulan Mei.
Kenaikan harga batu bara sempat membuat harga saham-saham emiten tambang energi fosil Indonesia tersebut mengalami kenaikan. Maklum Indonesia adalah salah satu eksportir terbesar batu bara dunia.
Perseteruan antara Australia dengan China soal asal muasal pandemi Covid-19 juga cenderung menguntungkan Indonesia karena China memboikot impor batu bara dari Australia dan beralih ke Indonesia.
Meskipun China lebih banyak mengimpor batu bara kalori tinggi yang biasanya digunakan untuk kebutuhan pembuatan baja dari Australia, tetapi kondisi musim hujan terutama di China bagian utara membuat risiko ketatnya pasokan domestik semakin tinggi. Apalagi permintaan batu bara China untuk listrik juga meningkat.
Di sisi lain pemicu kenaikan harga disebabkan karena negara lain di Asia seperti Korea dan Jepang juga mengalami peningkatan kebutuhan batu bara karena tingginya konsumsi listrik untuk AC di belahan bumi utara seiring dengan adanya sentimen musim panas.
"Kenaikan harga batu bara termal juga mencerminkan penyesuaian kembali aliran batu bara di seluruh Asia sebagai bagian dari perselisihan China-Australia" tulis Clyde Russel, kolumnis untuk sektor energi Reuters.
Saat diboikot China, Australia harus mengekspor batu baranya ke pasar lain seperti India dan Vietnam. Hal ini menimbulkan adanya pergeseran lanskap pasar batu bara di kawasan Asia Pasifik.
Impor batu bara lintas laut India untuk semua jenis batu bara sedikit turun di bulan Mei. Impor turun menjadi 17,62 juta ton dari 18,68 juta April, menurut data pelacakan kapal dan pelabuhan Refinitiv. Penurunan impor terjadi dikarenakan India yang menerapkan lockdown untuk mengendalikan wabah Covid-19 yang melonjak.
Namun meskipun turun, rincian data menunjukkan bahwa impor dari Australia naik menjadi 6,43 juta ton dan menjadi impor tertinggi kedua sejak Januari 2015 atau sedikit lebih rendah dari 6,80 juta pada Januari tahun ini.
Impor dari Indonesia turun menjadi 5,52 juta ton di bulan Mei, turun dari 6,3 juta di bulan April, dan jauh di bawah tingkat rata-ratanya sekitar 8 hingga 10 juta ton per bulan yang berlaku sebelum larangan China atas batu bara Australia diterapkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rekor! Harganya Mepet US$ 100, Saatnya Serok Saham Batu Bara?