Rekor! Harganya Mepet US$ 100, Saatnya Serok Saham Batu Bara?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 March 2021 08:48
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali terbang. Kali ini harga si batu hitam tembus rekor lagi. Harga kontrak futures (berjangka) batu bara termal ICE Newcastle semakin mendekati US$ 100/ton. 

Pada penutupan perdagangan kemarin (22/3/2021), harga kontrak batu bara termal yang aktif diperdagangkan tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,9% menjadi US$ 98,4/ton. 

Naiknya harga batu bara menjadi sentimen positif bagi harga saham emiten tambangnya di Tanah Air. Kenaikan harga batu bara termal akan memicu kenaikan top line perusahaan dengan menaikkan rata-rata harga jualnya (average selling price/ASP). Namun kenaikan ASP tidak selalu berkorelasi positif dengan membaiknya bottom line (laba).

Menguatnya harga batu bara biasanya dibarengi dengan naiknya harga minyak mentah. Keduanya memiliki korelasi yang positif mengingat sama-sama termasuk bahan bakar fosil.

Peningkatan laba operasional perusahaan akan sangat tergantung dari efisiensi biaya menambang dari perusahaan itu sendiri. Apabila perusahaan bisa menjaga rasio nisbah kupas tetap rendah sehingga cash cost tidak terlalu berubah maka peningkatan laba bisa terjadi.

Laba yang naik diharapkan bisa meningkatkan setoran dividen ke pemegang saham atau meningkatkan valuasinya sehingga bisa tercermin dari kenaikan harga sahamnya. Itu secara teoritis.

Namun bagaimana faktanya di lapangan? Apakah kenaikan harga batu bara juga selalu diikuti melesatnya harga saham emitennya? Sekilas apabila dilihat dari grafik pergerakan volatilitas harga jawabannya adalah 'ya'.

Naiknya harga batu bara diikuti dengan kenaikan harga saham emitennya. Harga batu bara seolah menjadi leading indicator bagi harga sahamnya. 

Apabila dihitung menggunakan statistik korelasi Pearson, hubungan antara harga batu bara dan sahamnya sangat lemah karena jauh dari angka 1. Harga saham PTBA memiliki angka korelasi positif paling tinggi dengan pergerakan harga batu bara Newcastle. 

Namun dilihat dari sisi volatilitas, kenaikan harga batu bara Newcastle dalam jangka pendek akan membuat harga saham INDY terbang seperti yang terpantau pada perdagangan kemarin. Melesatnya harga batu bara berpeluang membuat harga saham emitennya naik untuk perdagangan hari ini.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular