
Catat! Harga Emas Diramal Merosot 45% Gegara Taper Tantrum

Pandemi Covid-19 membuat The Fed menggelontorkan QE senilai US$ 120 miliar per bulan sejak Maret tahun lalu. Dampaknya, harga emas pun meroket dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus 2020.
Namun, sama seperti tahun 2011, setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa harga emas malah melorot dan hingga saat ini belum mampu lagi mencapai US$ 2.000/troy ons.
Wacana tapering belakangan ini kembali muncul setelah Presiden The Fed wilayah Philadelphia, Patrick Harker, kembali membuka wacana tersebut.
Harker mengatakan perekonomian AS terus menunjukkan pemulihan dari krisis virus corona dan pasar tenaga kerja terus menunjukkan penguatan, dan menjadi saat yang tepat bagi The Fed untuk mulai memikirkan tapering.
"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," kata Harker sebagaimana dilansir Reuters.
CNBC International melaporkan The Fed kemungkinan sudah mulai mendiskusikan tapering di bulan ini atau bulan depan. Meski demikian, pengumuman kapan tapering akan dilakukan baru akan dilakukan pada bulan September atau November. Dan tapering pertama akan dilakukan pada Desember tahun ini atau Januari tahun depan.
Melihat pergerakan emas saat spekulasi tapering di tahun 2013, tentunya ada risiko harga emas akan merosot juga. Tetapi ada hal yang berbeda kali ini, inflasi di AS saat ini naik tajam, jauh lebih tinggi ketimbang tahun 2013.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan bagi The Fed.
Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1% year-on-year (yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy. Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.
Kenaikan tajam inflasi tersebut sebenarnya sudah diprediksi oleh The Fed, dan dikatakan hanya sementara. Tetapi, seandianya berkelanjutan maka hal tersebut bisa menguntungkan bagi emas.
Sebabnya, emas secara tradisional dianggap aset lindung nilai terhadap inflasi, ketika inflasi tinggi maka permintaannya berpotensi meningkat dan meredam penurunan harga yang tajam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]