Tunggu "Nasib" Isu Taper Tantrum, Rupiah Menguat Tipis!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 June 2021 15:43
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (10/6/2021). Padahal, di awal perdagangan rupiah sempat menguat cukup tajam.

Pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS malam ini, yang bisa memberikan gambaran bagaimana "nasib" isu taper tantrum membuat laju penguatan rupiah tertahan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07%, setelahnya sempat stagnan di Rp 14.250/US$. Tidak lama, rupiah kembali ke zona merah, menguat hingga 0,25% ke Rp 14.215/US$.

Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, setelahnya rupiah memangkas penguatan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.245/US$ atau menguat 0,04%.

Meski penguatan tipis, tetapi kinerja rupiah cukup bagus dibandingkan mata uang Asia lainnya yang mayoritas melemah. Hingga pukul 15:03 WIB, peso Filipina menjadi yang terburuk dengan pelemahan 0,21%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Inflasi merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

Tapering merupakan isu utama yang ditakutkan pelaku pasar karena dapat menimbulkan gejolak yang disebut taper tantrum. Saat itu terjadi, dolar AS akan sangat kuat, dan rupiah terpukul.

Inflasi AS akan dirilis malam ini, oleh karena itu pelaku pasar masih berhati-hati dan penguatan rupiah menjadi tertahan meski sedang mendapat tenaga menguat dari serangkaian data yang menunjukkan perekonomian Indonesia bangkit di kuartal II-2021.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Data Ekonomi Munculkan Optimisme Indonesia Lepas dari Resesi

Optimisme Indonesia akan lepas dari resesi susah muncul sejak pekan lalu, ketika data menunjukkan ekspansi sektor manufaktur.

Pada Rabu (2/6/2021) pekan lalu, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.

PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.

Ada kabar baik lain yaitu lapangan kerja mulai semakin tercipta. Dunia usaha akhirnya melakukan ekspansi tenaga kerja untuk kali pertama dalam 15 bulan terakhir untuk memenuhi peningkatan produksi.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Selain itu, Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Mei 2021. Hasilnya tidak jauh dari ekspektasi pasar.

BPS melaporkan terjadi inflasi 0,32% pada Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), laju inflasi tercatat 1,68%.

Inflasi inti dilaporkan tumbuh 1,37% YoY, sama persis dengan konsensus. Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik.

Kemudian di pekan ini, kemarin data menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di atas 100, maka artinya konsumen optimistis memandang perekonomian baik saat ini hingga enam bulan mendatang.

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini. Apalagi BI pada hari ini melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada April 2021 berada di 220,4. Naik 17,3% dibandingkan bulan sebelumnya dan 15,6% dari April 2020.

April merupakan awal kuartal II-2021, sehingga ekspektasi Indonesia lepas dari resesi semakin kuat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular