Emiten Lo Kheng Hong Dapat Rating 'Spekulatif' dari Moody's

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
10 June 2021 13:15
Gajah Tunggal
Foto: Dok.Lo Kheng Hong

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat Moody's Investor Service (Moody's) memberikan peringkat Caa1 untuk Corporate Family Rating (CFR) emiten produsen ban, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

Berdasarkan keterangan resmi Moody's, Rabu (9/6), lembaga rating ini juga memberikan peringkat Caa1 untuk surat utang senior (senior secured notes) senilai US$ 250 juta yang jatuh tempo pada Agustus 2022.

Moody's menjelaskan, kedua rating tersebut sedang ditinjau untuk peningkatan rating (upgrade), seiring pengumuman GJTL terkait rencana pembiayaan kembali (refinancing).

Selain itu, Moody's juga sedang meninjau peringkat Caa1 untuk senior secured notes GJTL yang jatuh tempo pada 2026 untuk peningkatan rating.

Asal tahu saja, menurut definisi Moody's, obligasi dengan peringkat Caa dinilai spekulatif dengan reputasi buruk dan memiliki risiko kredit yang sangat tinggi.

Pada tanggal 9 Juni 2021, GJTL mengumumkan rencana untuk menerbitkan senior secured notes baru dan penawaran tender untuk membeli surat utang 2022 di 102,09375%.

Hasil dari obligasi yang bakal diterbitkan, bersama dengan Rp1,5 triliun ($105 juta) dari pinjaman senior secured bank, akan sepenuhnya digunakan untuk membiayai kembali surat utang senilai US$ 250 juta yang jatuh tempo pada Agustus 2022.

"Refinancing yang diusulkan akan memperpanjang profil jatuh tempo utang GJTL, sehingga mengurangi kekhawatiran likuiditas yang timbul dari jatuh tempo obligasi yang akan datang pada Agustus 2022," kata Stephanie Cheong, Analis Moody, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (10/6).

Adapun, tinjauan untuk peningkatan rating akan berfokus pada kemampuan GJTL untuk menjalankannya rencana pembiayaan kembali. Secara khusus, Moody's akan menilai kinerja perusahaan struktur permodalan, profil kredit dan beban bunga mengikuti menyelesaikan upaya pembiayaan kembali.

"Setelah berhasil menyelesaikan upaya pembiayaan kembali, CFR GJTL dan surat utang yang bakal diterbitkan kemungkinan akan ditingkatkan satu tingkat [notch] ke B3 yang mencerminkan metrik kredit perusahaan yang lebih baik dan mengurangi risiko pembiayaan kembali," tambah Cheong, yang juga analis utama Moody's untuk GJTL.

Di sisi lain, peringkat kemungkinan akan berisiko diturunkan jika transaksi yang sedang dilakukan tertunda dan perusahaan gagal untuk melakukan refinancing untuk surat utang yang ada pada Agustus 2021.

Sebagaimana diwartakan oleh CNBC Indonesia sebelumnya, investor saham ritel kawakan Lo Kheng Hong (LKH) menambah porsi kepemilikan saham di perusahaan pabrikan ban milik keluarga pengusaha Sjamsul Nursalim, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), dengan membeli lagi sebanyak 480.000 saham GJTL.

Berdasarkan data Pelaporan Total Kepemilikan Investor di Atas 5% di semua Sub Rekening Efek (SRE) yang tergabung dalam Single Investor Identification (SID) yang tercatat di Kustodian Sentral Efek (KSEI), terungkap penambahan saham tersebut dari 7 Juni hingga 8 Juni 2021.

Sebelumnya LKH memiliki 177.034.900 saham atau 5,08%, dan sehari kemudian bertambah 480.000 saham menjadi 177.514.900 atau 5,09%. Dengan asumsi harga saham GJTL Rp 865/saham pada penutupan Rabu kemarin (9/6), nilai pembelian itu sekitar Rp 415,12 juta.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Rabu kemarin, saham GJTL ditutup naik 0,58% di Rp 865/saham dengan nilai transaksi Rp 10,11 miliar. Dengan harga rata-rata saham GJTL Rp 862/saham, maka valuasi kepemilikan saham LKH di GJTL mencapai Rp 153 miliar.

Sepanjang tahun ini, atau year to date, saham GJTL sudah naik 32%.

Data BEI menunjukkan, di awal Januari, saham GJTL masih Rp 660/saham, sehingga dengan kenaikan di level Rp 862/saham, Lo Kheng Hong setidaknya sudah cuan sekitar Rp 36 miliar, selisih dari Rp 117 miliar valuasi sahamnya di Januari hingga Rabu kemarin Rp 153 miliar, dengan asumsi porsi saham saat ini.

Adapun di saham lainnya, porsi saham LKH masih sama. Beberapa emiten tersebut di antaranya PT Global Mediacom Tbk (BMTR) 6,07% (1.007.293.700), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) 5,15% (205.376.800), PT Petrosea Tbk (PTRO) 15,01% (151.422.200), dan PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) sebesar 6,11% (107.012.600).

Pada 7 Januari 2021, pertama kalinya nama LKH muncul sebagai pemegang saham GJTL di atas 5%.

Lo Kheng Hong, mengungkapkan tujuan investasinya di saham GJTL memang untuk jangka panjang.

Dengan demikian, dia belum berencana melepas saham GJTL tersebut meski ada tawaran jual dari investor dengan jumlah besar.

Berdasarkan data KSEI, Lo Kheng Hong menggenggam 176,48 juta saham atau setara dengan 5,06% kepemilikan di 7 Januari 2021. Sementara itu, pada hari sebelumnya, Rabu (6/1/2020) nama LKH belum muncul pada daftar kepemilikan GJTL di atas 5%. Hal ini mungkin terjadi, karena kepemilikan LKH sebelumnya masih di bawah 5% sehingga tak tercatat di laporan KSEI .

Sebelumnya, LKH memang berkali-kali menyebut harga GJTL salah harga, yang mencerminkan harganya yang cukup murah.

"Kalau tidak salah harga, saya tidak disini. Kalau Rp3000 saya tidak datang, tapi karena GJTL saat ini Rp600," kata LKH usai menghadiri paparan publik GJTL di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (12/12/2017), seperti dikutip dari lembaga riset reksa dana, Pasardana.

"Ketika pandemi harga sahamnya turun ke Rp 300-san, jadi saya membelinya," kata Lo.

Lo Kheng Hong juga beberapa kali menyatakan investasi di perusahaan publik menjadi nilai tambah, karena menghasilkan produk maupun jasa yang hampir setiap kali dapat ditemui di kehidupan sehari-hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular