Setelah 'Dirampok', Asabri Sementara Setop Investasi Saham

Market - Monica Wareza, CNBC Indonesia
10 June 2021 11:00
ASABRI (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: ASABRI (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pengelola dana pensiun TNI/Polri PT Asabri (Persero) hingga saat ini masih menahan diri untuk kembali masuk ke pasar saham. Kebijakan investasi ini diambil setelah ditemukan adanya kesalahan pengelolaan investasi yang berimbas pada kerugian investasi dalam jumlah besar.

Direktur Utama Asabri R. Wahyu Suparyono mengatakan perusahaan cenderung memilih untuk berinvestasi pada portofolio dengan risiko rendah sepert Surat Berharga Negara (SBN).

"Semenjak 'musibah' itu memang kami sekarang belum bertransaksi dalam porto saham jadi karena sudah nilainya turun kami tidak transaksi. Transaksi sementara kami lakukan di low risk, SBN dan sebagainya," kata Wahyu dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (9/6/2021).

Sementara itu, dengan portofolio investasi yang ada saat ini, kata dia, terutama untuk saham-saham yang sudah berada di harga gocap alias Rp 50/saham masih terus dipantau. Bahkan dia telah memberikan perintah untuk segera keluar dari portofolio tersebut ketika harga kembali bergerak.

"Saya minta ke direktur investasi, pada saat yang bertengger di Rp 50, begitu bagus langsung jual. Kemarin lumayan dapat untung Rp 15 miliar dan untung saya pastikan masuk perusahaan semua, bukan begitu untung Pak Direktur Investasi bermain main di luar itu pasti saya selesaikan," tegasnya.

Adapun dia juga menyampaikan bahwa perusahaan telah mengalami kerugian investasi kumulatif mencapai Rp 19,4 triliun hingga akhir 2019. Nilai kerugian ini terutama terjadi pada portofolio investasi reksa dana dan saham yang terafiliasi dengan Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro.

Wahyu mengungkapkan puncak kerugian investasi yang dilakukan perusahaan terjadi pada 2019 dan itu merupakan akumulasi dari investasi yang terjadi selama bertahun-tahun.

"Penyebab penurunan nilai investasi 2019 puncaknya kumulatif Rp 19,4 triliun yang disebabkan karena di saham dan reksa dana yang terafiliasi Heru Hidayat dan Benny Tjokrosaputro," terangnya.

Kerugian yang terjadi dari penempatan investasi mencapai Rp 11,4 triliun karena portofolio investasi yang turun signifikan. Kemudian Rp 8 triliun lainnya merupakan penurunan nilai dana tanggungan untuk Program Hari Tua (THT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

"Nah penurunan tertinggi berada PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE), satu tahun tidak bergerak, bahkan turun 95%, beli Rp 5.837, terjun jadi Rp 316 artinya terjadi turun 95%," ungkapnya.

Penurunan tertinggi selanjutnya terjadi pada saham PT Indofarma Tbk INAF) dengan penurunan nilai mencapai 73%.

Sedangkan pada portofolio investasi lainnya, yakni deposito dan Surat Berharga Negara (SBN) terjadi kenaikan investasi Rp 1,9 triliun di periode yang sama.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Lebih Gede dari Jiwasraya, Ini Kronologis Mega Skandal Asabri


(hps/hps)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading