
Obligasi Lagi Cuan, Saham-Reksa Dana Disalip, Ini Buktinya!

Berbanding terbalik dengan obligasi pemerintah RI yang mungkin prospeknya masih cukup bagus. Di obligasi korporasi, tak sedikit perusahaan yang mengeluarkan obligasinya terkena pemangkasan peringkat (rating) dari lembaga-lembaga pemeringkat internasional.
Baru-baru ini, Fitch Ratings memangkas kembali rating Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menjadi RD (Restricted Default) dari sebelumnya C. Rating Restricted Default ini adalah peringkat utang yang satu tingkat di atas D, alias default.
SRIL pun memiliki utang yang menumpuk dan beberapa kali digugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Selain di SRIL, Fitch juga memangkas rating Long-Term IDR PT Pan Brothers Tbk (PBRX), juga emiten tekstil, menjadi C dari sebelumnya CC. Seperti SRIL, Pan Brothers juga sedang mengalami masalah likuiditas dan terhimpit utang.
Namun terlepas dari penurunan peringkat dua perusahaan tekstil terbesar itu, lembaga pemeringkat dalam negeri, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan, pada tahun ini penerbitan surat utang korporasi diperkirakan akan mencapai Rp 122 triliun sampai dengan Rp 159 triliun.
Proyeksi ini meningkat dari realisasi penerbitan surat utang sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 96,6 triliun.
Menurut Head of Economy Research Pefindo, Fikri C Permana, tren penerbitan surat utang korporasi di tahun ini akan meningkat sejalan dengan kebutuhan pembiayaan kembali (refinancing) surat utang yang jatuh tempo di tahun ini mencapai Rp 125,4 triliun.
"Penerbitan surat utang di kuartal kedua dan ketiga akan lebih banyak. Terutama di sektor perbankan, multifinance, dan lembaga keuangan khusus," kata Fikri, dalam konferensi pers secara daring.
Fikri melanjutkan, selain utang yang jatuh tempo, penerbitan surat utang sepanjang tahun 2021 akan dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi nasional, sehingga korporasi memerlukan pembiayaan untuk melakukan ekspansi bisnisnya.
"Kita harapkan utang jatuh tempo akan dibiayai dengan penerbitan surat utang," ujarnya.
Sampai dengan 15 April 2021, Pefindo menerima mandat penerbitan surat utang baru dengan total nilai Rp 45,2 triliun dari 39 perusahaan.
Rinciannya, sebanyak 16 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan entitas anak dengan rencana emisi sebesar Rp 23,13 triliun. Sedangkan, perusahaan non BUMN ada 23 perusahaan dengan emisi Rp 22,14 triliun.
Dilihat secara industri, lima sektor dengan penerbitan terbesar ialah industri pembiayaan dengan rencana emisi Rp 6,30 triliun, multifinance Rp 5,80 triliun, konstruksi Rp 5,50 triliun, industri bubur kertas dan issue senilai Rp 4,30 triliun dan sektor properti Rp 2,75 triliun.
Sementara itu, sampai dengan kuartal pertama tahun ini, Pefindo mencatat, surat utang yang diterbitkan mencapai Rp 23,21 triliun, naik 16% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 20,02 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
