13 Hari Meroket Hingga 390%, Saham HDIT Masuk Radar Bursa

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 June 2021 11:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham  emiten teknologi finansial (financial technology/fintech) dan perdagangan elektronik PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) terus melaju kencang selama 13 hari perdagangan secara beruntun. Selama 13 hari tersebut, saham HDIT tercatat 6 kali menyentuh batas auto rejection atas (ARA).

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 10.47 WIB, saham HDIT melonjak hingga ARA sebesar Rp 25% ke Rp 580/saham. Dalam sepekaan saham ini sudah 'terbang' 113,24%.

Sementara dalam 13 hari perdagangan terakhir, saham yang melantai di bursa sejak Juli 2019 lalu ini sudah 'meroket' 389,86%.

Melonjaknya saham HDIT secara 'gila-gilaan' akhirnya membuat bursa menyalakan radar pengawasannya. Pada keterbukaan informasi yang terbit pada Senin (7/6) kemarin, BEI  menginformasikan bahwa telah terjadi peningkatan harga saham HDIT yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity).

"Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal," jelas pihak BEI, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/6).

Sebelumnya, lonjakan signifikan HDIT juga mengundang pertanyaan dari pihak bursa. Menanggapi surat permintaan penjelasan atas volatilitas saham dari pihak bursa, pada 31 Mei lalu, manajemen HDIT menegaskan, hingga saat ini perusahaan tidak/belum mengetahui adanya informasi/fakta/kejadian penting lainnya yang material dan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

Selain itu, kata Sekretaris Perusahaan Hensel Ferdiana menjelaskan, sampai sekarang perseroan tidak/belum mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu yang bisa memengaruhi gerak saham HDIT.

Menanggapi pertanyaan BEI mengenai rencana aksi korporasi (corporate action) dalam waktu dekat, misalnya dalam 3 bulan ke depan, HDIT mengaku tidak punya rencana aksi korporasi dekat-dekat ini.

"Perseroan belum memiliki rencana melakukan corporate action dalam waktu dekat," jelas Ferdiana, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (2/6).

HDIT sendiri mulai melantai di bursa pada 12 Juli 2019. Saham perusahaan fintech pertama di bursa ini tercatat di papan perdagangan utama.

Menurut catatan CNBC Indonesia, saat diperdagangkan perdana, saham HDIT melejit ke auto reject atas (ARA) naik 49,52% ke Rp 785 per saham saat pencatatan perdananya, dibuka di harga Rp 525 per saham.

Saat itu, saham HDIT diperdagangkan dengan frekuensi sebanyak 1 kali dengan volume 10 lot saham dan menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp 785.000.

Dengan melepas 381,17 juta sahamnya ke publik, perusahaan waktu itu memperoleh dana segar senilai Rp 200,11 miliar.

Perusahaan yang berdiri pada 2013 ini bergerak di bidang multi-biller dengan bisnis pertama sebagai dari pulsa elektrik hingga ke prepaid listrik dan biller lainya seperti BPJS dan PDAM.

Kemudian, pada 2015 diluncurkan DavestPay untuk menyasar segmen B2C. Saat ini, Hensel Davest Indonesia memiliki lebih dari 150.000 jaringan agen yang tersebar di seluruh Indonesia dan memproses lebih dari 600.000 transaksi dari ratusan produk per harinya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gokil! Baru Listing, Saham Ini Jadi Top Gainers & Cuan `25%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular