Kurs Dolar Singapura Jeblok ke Bawah Rp 10.750/SG$, Ada Apa?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 June 2021 12:10
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura jeblok melawan rupiah di perdagangan awal pekan ini. Meredupnya isu tapering membuat rupiah kembali kuat yang ditopang oleh optimisme Indonesia lepas dari resesi di kuartal II-2021.

Pada Senin (7/6/2021), kurs dolar Singapura merosot nyaris 0,5% ke Rp 10.738/SG$. Posisi dolar Singapura membaik, berada di Rp 10.774,69/SG$ atau melemah 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada pekan lalu, dolar Singapura hanya melemah tipis sekali 0,05%, padahal data ekonomi dari dalam Indonesia menunjukkan pemulihan yang bisa membawa lepas dari resesi. Rupiah belum mampu menguat tajam melawan dolar Singapura pada pekan lalu sebab dibayangi isu tapering.

Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.

Indonesia yang merupakan negara emerging market pernah terkena dampaknya dari tapering pada 2013. Hal itu membuat pelaku pasar berhati-hati.

Namun kini, isu tapering tersebut mereda dan rupiah akhirnya kembali perkasa. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Mei terjadi penambahan tenaga kerja di luar sektor pertanian sebanyak 559.000 orang, di bawah estimasi survei Dow Jones terhadap para ekonom yakni 671.000 orang. Sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5,8% dari sebelumnya 6,1%.

Meski data tenaga kerja AS cukup solid, tetapi banyak analis yakin data tersebut masih belum cukup membuat The Fed untuk melakukan tapering.

Presiden The Fed wilayah Cleveland, Lorreta Mester, juga menyatakan data tenaga kerja AS bagus tetapi masih belum cukup untuk merubah kebijakan moneter.

"Saya melihat ini sebagai kemajuan yang terus dibuat pasar tenaga kerja, tentunya kabar yang sangat bagus. Tetapi, saya ini melihat kemajuan lebih jauh," kata Mester dalam acara "Squawk on the Street" CNBC International, Jumat (4/6/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular