Analisis

Isu Tapering Meredup, Rupiah Siap ke Rp 14.100/US$ Pekan ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 June 2021 08:52
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.290/US$ sepanjang peka lalu. Isu tapering menyebabkan rupiah tertekan meski masih mampu bertahan berkat optimisme bangkitnya perekonomian Indonesia dan lepas dari resesi di kuartal ini.

Sementara itu di pekan ini, rupiah berpeluang kembali menguat sebab isu tapering meredup lagi.

Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.

Taper tantrum pernah terjadi pada periode 2013-2015, dan rupiah menjadi salah satu korbannya. Selama periode tersebut nilai tukar rupiah merosot lebih dari 50%.

Isu tapering tersebut kini meredup lagi setelah rilis data tenaga kerja AS pada Jumat pekan lalu. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang bulan Mei terjadi penambahan tenaga kerja di luar sektor pertanian sebanyak 559.000 orang, di bawah estimasi survei Dow Jones terhadap para ekonom yakni 671.000 orang. Sementara tingkat pengangguan turun menjadi 5,8% dari sebelumnya 6,1%.

Meski data tenaga kerja AS cukup solid, tetapi banyak analis yakin data tersebut masih belum cukup membuat bank sentral AS (The Fed) untuk melakukan tapering. Alhasil indeks dolar AS yang sebelumnya terus menanjak berbalik melemah 0,42% ke 90,136 di hari Jumat, yang tentunya membuka peluang rupiah menguat di pekan ini.

Di sisi lain, rupiah sedang mendapat kabar bagus. Hasil survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan para pelaku pasar kini menambah posisi beli (long) rupiah, yang berada di level tertinggi sejak Februari lalu.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (3/6/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,40, lebih besar ketimbang 2 pekan lalu -0,06. Pelaku pasar kini mengambil posisi long dalam 2 survei beruntun, setelah sebelumnya berada di posisi short dalam 6 survei beruntun.

Posisi long yang semakin meningkat artinya pelaku pasar semakin optimistis rupiah akan menguat ke depannya.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di dekat rerata pergerakan 100 hari (moving average 100/MA 100) di kisaran Rp 14.270 hingga Rp 14.280/US$.

Jika mampu menembus dan bertahan di bawahnya MA 100 maka ruang berlanjutnya penguatan rupiah terbuka cukup lebar.

Target penguatan berada di kisaran Rp 14.240/US$, sebelum menuju Rp 14.200/US$.

Sementara itu Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski berada di posisi netral.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) HarianĀ 
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic saat ini berada di kisaran 53, masih jauh dari wilayah overbought maupun oversold.

Area Rp 14.300/US$ menjadi resisten terdekat, jika dilewati rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.330 hingga Rp 14.340/US$ (kisaran MA 200). Jika MA 200 juga dilewati, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.420/US$ (MA 50).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular