
Morgan Stanley cs 'Nyerah' di Bursa RI, Terkuak Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Tanah Air kembali ditinggalkan oleh broker saham asing. PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia secara resmi mengumumkan menghentikan kegiatan perantara perdagangan efek (PPE) atau brokerage (broker saham) di Indonesia sejak Mei, tetapi tetap mempertahankan bisnis penjamin emisi (underwriting).
Sebelum Morgan Stanley, PT Deutsche Sekuritas Indonesia, PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia, PT Deutsche Sekuritas Indonesia, dan PT Nomura Sekuritas Indonesia sudah hengkang terlebih dahulu.
Kepala Riset PT Henan Putihrai Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy, mengatakan ada beberapa hal penyebab mengapa para broker asing angkat kaki dari RI, salah satunya adalah persaingan antara para broker saham.
"Kalau kita lihat di peta persaingan para broker atau perantara perdagangan efek sekarang ini berjumlah 111 [perusahaan sekuritas], kurang lebih yang aktif ada 80-90-an. Jadi memang sudah terseleksi sendirinya, bukan hanya asing tetapi juga lokal yang sepertinya tidak mampu bersaing," kata Robertus dalam program Investime CNBC Indonesia pada Kamis (3/6/2021).
Menurutnya wajar jika broker asing, terutama perusahaan global, menutup cabangnya di satu negara, sebab mereka masih memiliki beberapa cabang di negara lain.
"Mungkin cabang di Indonesia dipandang sudah tidak lagi bisa bersaing dengan broker yang lain, baik dengan lokal dan sesama asing lainnya, tidak ada salahnya untuk dilakukan penutupan untuk bisa fokus ke cabang negara lain yang menjadi tujuan," jelasnya.
Robertus mengatakan hengkangnya broker asing dari RI juga dapat dipicu oleh kondisi bursa Indonesia yang kurang menarik, atau ada permasalahan dengan regulasi yang menghambat kinerja mereka.
"Kalau untuk pasar yang kurang menarik sebenarnya secara bertahap sudah mulai ada perbaikan ke arah yang lebih menarik. Misalnya sejak Januari efek hingga sekarang memang kinerjanya tidak begitu menggembirakan ya untuk indeks harga saham maupun obligasi," ujarnya.
Menurutnya nilai transaksi turun dari sekitar Rp 20 triliunan sehari pada Januari berefek hingga kini.
"Bahkan sempat Rp 5-7 triliun mungkin dirasa tidak cukup untuk investor yang menjalankan bisnis dalam bidang perantara efek seperti perusahaan-perusahaan yang tadi disebutkan," tambahnya.
Namun, Robertus mengatakan, soal menarik atau tidaknya masih relatif dan ini sedang menuju ke arah yang lebih baik lagi.
"Tapi kalau soal regulasi, ini juga yang dicoba oleh para regulator baik itu di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ditandai dengan revisi berapa peraturan-peraturan yang nanti akan memungkinkan para startup unicorn ini bisa turut melantai, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dual listing misalnya dengan Amerika Serikat. Karena tidak semua investor dalam negeri bisa menyerapnya, sehingga perlu dilakukan dual listing," jelasnya.
"Kalau soal menarik atau tidak atau soal regulasi, saya rasa poin tersebut sudah mulai dijawab oleh para penentu kebijakan dengan adanya serangkaian relaksasi peraturan yang memungkinkan para perusahaan startup unicorn atau decacorn maupun lainnya yang punya potensi besar, untuk menambah kedalaman dari pasar saham dan obligasi di Indonesia bisa jadi market kita lebih menarik lagi," pungkasnya.
Sebelumnya manajemen BEI buka suara soal hengkangnya broker asing. BEI menyatakan salah satu alasannya karena semakin turunnya pembobotan saham-saham di negara ASEAN, termasuk Indonesia dalam pembobotan MSCI.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pembobotan saham-saham di kawasan ini dalam MSCI mulai terdesak oleh saham-saham China, yang juga masih dikategorikan sebagai negara berkembang dalam indeks tersebut.
"Kenapa Morgan Stanley cabut sebaiknya ditanyakan ke mereka secara langsung. Tapi mungkin dengan semakin turun nya weightings Asean (termasuk Indonesia) di MSCI (terdesak China yg masih dianggap emerging countries)," kata Laksono di Jakarta, Jumat (28/4/2021)
Manajemen Morgan Stanley dalam pernyataan lengkap menyatakan perusahaan masih akan tetap memfasilitasi perdagangan efek di Indonesia untuk kliennya, dengan bekerjasama dengan broker lokal.
"Morgan Stanley telah memutuskan untuk menghentikan kegiatan perantara pedagang efek di Indonesia. Kami akan tetap memberikan akses ke pasar ekuitas Indonesia kepada klien-klien global kami melalui kerjasama dengan mitra-mitra broker lokal berkelayakan," tulis pernyataan tersebut kepada CNBC Indonesia, Kamis (27/5/2021).
"Riset Morgan Stanley juga akan disediakan dari Singapura. PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia akan tetap melayani klien-klien bank investasi kami di Indonesia," tulis pernyataan MS.
Namun demikian tidak dijelaskan lebih detail mengenai waktu penutupan bisnis di Indonesia ini. Sementara itu, MS masih memiliki izin sebagai Penjamin Emisi Efek alias bisnis underwriter.
Saat ini, saham MS dipegang oleh Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte. sebesar 99% dan PT Morgan Stanley Indonesia sebesar 1%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Investasi Saham, Ayo Pelajari Sektor-sektor Ini
