Penjualan Ritel Singapura Melonjak 54%, Dolarnya Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 June 2021 13:55
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Singapura terus menunjukkan kebangkitan meski sedang terjadi kenaikan kasus penyakit virus corona (Covid-19), membuat mata uangnya menguat melawan rupiah. Data dari Singapura yang dirilis siang ini menunjukkan penjualan ritel melonjak tajam.

Pada pukul 12:50 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.778,56, dolar Singapura menguat 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Departemen Statistik Singapura pada hari ini melaporkan penjualan ritel di bulan April melonjak 54% dibandingkan tahun lalu atau year-on-year (YoY). Tingginya kenaikan tersebut akibat kemerosotan tajam pada tahun lalu, sebab Singapura saat ini menerapkan lockdown atau yang disebut circuit breaker.

Dengan kenaikan tersebut, penjualan ritel Singapura sudah mencatat kenaikan dalam 3 bulan beruntun, setelah sebelumnya mengalami kontraksi selama 24 bulan beruntun.
Semua segmen dalam penjualan ritel mengalami lonjakan, kecuali supermarket dan hypermarket, serta minimarket dan toko serba ada.

Penjualan di supermarket dan hypermarket anjlok 30,2% YoY, sementara minimarket dan toko serba ada merosot 16,8% YoY. Kemerosotan tersebut terjadi akibat pada tahun lalu penjualannya tinggi, sebab saat circuit breaker warga Singapura tinggal di rumah dan banyak membeli makanan.

Sementara penjualan perhiasan dan jam tangan memimpin kenaikan dengan melonjak 646,8% YoY, disusul penjualan pakaian dan alas kaki 442,6% YoY.

Sementara itu rupiah cukup kuat di pekan ini, kemarin mampu membuat dolar Singapura melemah 0,36%. Rupiah mendapat tenaga menguat di pekan ini, beberapa data ekonomi memberikan optimisme perekonomian akan lepas dari resesi di kuartal II-2021.

Rabu lalu, IHS Markit merilis data aktivitas sektor manufaktur bulan Mei yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Data menunjukkan PMI manufaktur Indonesia bulan Mei sebesar 55,3, melesat dibandingkan bulan sebelumnya 54,6.

PMI manufaktur di bulan April tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang masa, artinya di bulan Mei rekor tersebut pecah lagi.

Terus meningkatnya ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi Indonesia, dan memperkuat optimisme akan lepas dari resesi di kuartal II-2021. Sektor manufaktur sendiri berkontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular