
Acha..Acha! Bursa India-Rupee Melesat di Mei, Kebal Corona?

Selain kesuksesan menurunkan angka infeksi per hari, penguatan rupee juga dikatakan terjadi akibat carry trade.
Carry trade merupakan strategi investasi meminjam dana di negara dengan suku bunga rendah, dan menginvestasikannya di negara dengan suku bunga yang tinggi. India merupakan salah satu negara dengan suku bunga yang tinggi saat ini, yakni 4%.
Sementara di Amerika Serikat, suku bunganya sebesar 0,25%, belum lagi di negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa yang suku bunganya lebih rendah lagi.
"Penguatan tajam rupee terjadi akibat kembalinya carry trade," kata Bhaskar Panda, senior vice president Tresury Advisory Group di HDFC Bank, sebagaimana dilansir Bloomberg, Jumat (25/5/2021).
Panda menambahkan sebelum investor carry trade keluar dari India akibat "tsunami" Covid-19, kini dengan kesuksesan menekan penyebarannya, investor tersebut kembali lagi.
Selain itu, bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI), yang tidak terlalu banyak melakukan intervensi juga membuat nilai tukar rupee menguat.
"Yang paling penting adalah RBI mengurangi intervensinya, sehingga rupee bisa menguat," kata Sanjay Mathur, kepala ekonom untuk Asean dan India di Australia & New Zealand Banking Group Ltd yang berada di Singapura.
Penguatan rupee akan berdampak pada daya saing produk ekspor India, sehingga RBI perlu melakuan intervensi. Tetapi di sisi lain, harga minyak mentah yang sedang naik berisiko memicu inflasi di negara importir seperti India.
Hasil studi dari RBI menunjukkan penguatan rupee sebesar 1% akan mampu meredam inflasi sebesar 15 basis poin.
Oleh karena itu, RBI diperkirakan akan membiarkan rupee untuk menguat guna meredam inflasi. RBI diperkirakan akan membiarkan rupee menguat sekitar 2% lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
